Perluas Landbank, Relife Asia Incar Dana IPO Maksimal Rp120 Miliar

Thursday 25 May 2023, 7 : 18 pm
by
IPO
ILustrasi

JAKARTA-Pengembang real estate dan properti, PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) berencana melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) sebanyak-banyaknya 1,2 miliar saham untuk dapat menggalang dana sebesar Rp120 miliar.

Berdasarkan Prospektus Awal terkait rencana IPO RELF yang dipublikasi di Jakarta, Kamis (25/5), jumlah saham sebanyak 1,2 miliar lembar tersebut bernilai nominal Rp25 per saham atau setara dengan 20,95 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.

Pada aksi korporasi ini, manajemen RELF menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek.

Adapun harga Penawaran Awal (book building) saham RELF sekitar Rp90-Rp100 per lembar.

Sehingga, perseroan bisa meraup dana masyarakat berkisar Rp108 miliar sampai Rp120 miliar.

Bersamaan dengan pelaksanaan IPO, perusahaan pemilik brand Relife Asia ini juga menerbitkan maksimal 1,2 miliar Waran Seri I yang menyertai saham baru Perseroan atau sebanyak 26,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran IPO.

Setiap pemegang satu saham baru RELF berhak memperoleh satu waran, sedangkan setiap satu waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru, dengan harga pelaksanaan Rp125 per saham. Maka, total hasil pelaksanaan Waran Seri I maksimal Rp150 miliar.

Masa book building mulai hari ini hingga 5 Juni 2023, sedangkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan bisa diterima RELF pada 12 Juni 2023.

Dengan demikian, perseroan berharap masa offering bisa berlangsung selama kurun 14-20 Juni 2023 dan pencatatan saham dan Waran Seri I di BEI pada 22 Juni 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Operasional Pelabuhan Tanjung Priok Normal

JAKARTA-Aktivitas operasional di Pelabuhan Tanjung Priok berjalan normal. Sedikitnya terpantau

Turun 0,007 Poin, Indeks Gini Ratio Jadi 0,384

JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia