PKB: Hari Santri Harus Jadi Momentum Menata Kehidupan Berbangsa

Thursday 15 Oct 2015, 4 : 13 pm
by

JAKARTA-Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berharap pemberlakuan Hari Santri Nasional (HSN) yang untuk pertama kalinya pada 22 Oktober nanti menjadi momentum perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat penting, mengingat hingga saat ini, masih terjadi krisis kemanusiaan di Indonesia, dengan ditandai masih terjadinya banyak kekerasan seperti terhadap anak kecil bahkan muncul konflik horizontal antar pemeluk agama.

Demikian diingatkan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar dalam Pidato Kebudayaan menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram 1437 H di Jakarta, Rabu (14/10) malam. Acara ini dihadiri empat menteri PKB dan beberapa anggota DPR RI serta mementaskan pagelaran Wayang Santri oleh dalang Ki Entus Susmono yang merupakan Bupati Tegal, Jawa Tengah.

Dengan penetapan HSN ini, kata Muhaimin, sudah sesuai dengan janji Presiden Joko Widodo saat kampanye di depan ribuan santri dulu untuk memilihnya di Pilpres 2014 lalu. “Iya itu sesuai janji kampanye lalu bahwa beliau mau menetapkan HSN,” ujar Muhaimin.

Dia menambahkan,  HSN ini harus menjadi kebangkitan para santri nusantara untuk berkontribusi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. “Insya Allah dengan kesadaran kita sebagai santri menjadi modal baik untuk memperbaiki kehidupan berbangsa di bidang politik, keagamaan, sosial, dan ekonomi. Kita dapat menjadi maju tapi tetap berpegang teguh pada masalah keagamaan (Islam) yang kuat,” tegas Cak Imin, panggilan akrabnya.

“Dan spirit santri ini telah tumbuh dan mengakar  kuat di Indonesia,” tandas Cak Imin.

Menurutnya, kata santri ini berasal dari bahasa Sansakerta ‘sastri’ yang berarti tiga kesucian, yaitu,  kesucian pikiran, hati, dan perilaku. “Ketiga kesucian itu menjadi modal bagus, mulai dari menata diri sampai menata bangsa kita. Apalagi dalam kehidupan kita saat ini mulai muncul benih-benih krisis kemanusiaan. Tentu saja hal ini perlu kita waspadai dan antisipasi,” tegasnya.

Krisis kemanusian yang ia maksud merujuk banyaknya aksi kekerasan di masyarakat. Yang terbaru, aksi pembakaran gereja di Kabupaten Aceh Singkil, Nangroe Aceh Darussalam (NAD). “PKB mengutuk keras aksi pembakaran tempat ibadah di Aceh. Kita harus serukan, agama itu tidak pernah mengajarkan kekerasan. Agama justru memerintahkan perdamaian. Semua peristiwa konflik harusnya ditarik menjadi sikap bersama agar tetap mengusung perdamaian. Semangat kemanusian dan keagamaan harus menjadi dasar,” tegasnya.

Dia menambahkan, Islam adalah agama rahmatan lilalamain sehingga menolak adanya gerakan fundamentalis dan liberalis. “Gerakan itu harus ditarik ke konsep Islam rahmatan lilalamin. Karena Islam rahmatan lilalamin atau juga Islam Nusantara menjadi solusinya,” sarannya.

Cak Imin berharap, pembakaran tempat ibadah ini yang terakhir kalinya dan jangan sampai menyulut ke daerah lain untuk membalas dendam dengan aksi bakar-membakar tempat ibadah lainnya. “Makanya pemerintah harus tegas menindak pelakunya. Masyarakat juga jangan mudah terprovokasi,” pungkasnya. (TMY)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jokowi: Program B30 Menghemat Rp 63 Triliun

JAKARTA-Presiden Joko Widodo meresmikan penerapan program Biodiesel 30 persen (B30)
SL Pogen merupakan perusahaan joint venture antara Genexine lnc dan POSTECH Holdings Co Ltd yang didirikan berdasarkan hukum Republik Korea pada 15 Desember 2016.

Dua Pimpinan KLBF Kompak Tinggalkan Kursi Direksi

JAKARTA-Manajemen PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melaporkan bahwa dua direktur