Postur RAPBN 2015 Harus Dibongkar

Thursday 21 Aug 2014, 4 : 40 pm

JAKARTA-Postur RAPBN 2015 yang saat ini dirasa sangat berat bagi presiden mendatang. Karena itu perlu direvisi demi merealisasikan sejumlah program yang menjadi prioritas. “Bongkar APBN 2015 ini, kalau tidak , maka rakyat takkan percaya. Kalau tak punya terobosan canggih, Jokowi diperkirakan hanya bertahan dua tahun,” kata Mantan Menko Perekonomian era Gus Dur, Rizal Ramli dalam diskusi “Membedah RAPBN-2015”, bersama Prof Hendrawan Supratikno dan pengamat akademisi Universitas Pelita Harapan (UPH), John Riyadi, di Jakarta, Kamis, (21/08/2014).

Dengan membongkar RAPBN tersebut, kata Rizal, maka pertumbuhan ekonomi nasional tidak hanya akan naik menjadi 5%. Namun juga bisa tumbuh mencapai 7%. “Bahkan dalam tahun berikutnya bisa mencapai double digit,” tegasnya.

Apalagi posisi RAPBN 2014 ini, lanjut pendiri Econit ini, saat ini seperti perangkap batman. Karena APBN saat ini dalam kondisi quatro defisit. “Defisit perdagangan, transaksi berjalan, neracara pembayaran dan defisit anggaran. Kebanyakan masalah di negeri kita inikan mis managemen,” terangnya.

Lebih jauh Rizal juga menyoroti masalah perjalanan dinas yang begitu tinggi. “Biaya perjalanan dinas jaman SBY itu, naik 4 kali lipat, dari Rp8 trliun menjadi Rp32 triliun.
Anggaran perjalana ini sangat jomplang bila dibanding dengan anggaran pertanian yang hanya Rp15,5 triliun,” ungkapnya.

Menurut Rizal, kebanyakan para pejabat itu senangnya melakukan perjalanan. Tentu hal ini harus menjadi perhatian pemerintahan mendatang. “Karena itu, sebaiknya perjalanan dinas ini dipotong Rp10 triliun, Lalu sebagian dananya untuk memperkuat anggaran pertanian. Sehingga tinggal Rp22 triliun,” tukasnya.

Sisa anggaran perjalanan dinas yang masih ada, lanjutnya, bisa digunakan untuk mencerdaskan anak-anak SD di Indonesia. “Setiap satu anak mendapat satu telur, sehingga anak-anak SD ini bisa pintar nantinya, karena mendapat protein,” imbuhnya.

Sementara itu, akademisi UPH, John Riyadi mengakui kondisi ekonomi Indonesia makin kelam ke depan. Pertumbuhan ekonomi justru mengalami kemunduran terus, dari target 7% malah kini menjadi 5%. “Begitu juga bank-bank yang mengalami likuiditas ketat. Sehingga pengusaha kesulitan untuk melakukan investasi,” terangnya.

Diakui John, indikator ekonomi nasional saat ini cukup berbahaya. Makanya, harus cepat membenahi diri. “Saya perkirakan dalam tempo 6-9 bulan ini suku bunga di AS akan naik. Lihat saja dari nota-nota yang beberkan The Fed. Kalau suku bunga naik, maka bukan tidak mungkin rupiah sampai Rp13.000. Target mereka seperti itu,” pungkasnya. (ek)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

IPO, Sritex Jual Rp240/lembar Saham

JAKARTA-Bursa Efek Indonesia kembali meriah, setelah perusahaan tekstil dan garmen

PKE XII Diragukan Bisa Dongkrak Jumlah UMKM

JAKARTA-Paket Kebijakan Ekonomi XII yang ditujukan untuk memperbaiki kemudahan berbisnis