Puan Bisa Solidkan Pendukung Soekarno di Akar Rumput

Monday 5 May 2014, 5 : 41 pm
by

JAKARTA- PDI Perjuangan terus menggodok kriteria calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi calon presiden (capres), Joko Widodo alias Jokowi. Di tengah pembahasan serius ini muncul isu hangat, Ketua Bapilu PDI Perjuangan Puan Maharani digadang-gadang menjadi cawapres Jokowi.

Pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi menilai  Puan Maharani merupakan sosok yang tepat mendampingi capres, Jokowi. Puan  adalah politisi muda yang apabila diusung akan menyolidkan suara PDI Perjuangan dan pendukung Soekarno di akar rumput. “Memang Puan disebut- menjadi salah satu kuda hitam dari cawapres yang diusung sebagai pasangan Jokowi,” jelas Airlangga di Jakarta, Senin (5/5).

Sampai saat ini, PDI Perjuangan terus menggodok criteria cawapres pendamping Jokowi. Sejumlah nama memang sudah beredar bahkan sudah mengerucut ke beberapa nama.

Nama-nama yang muncul masing-masing memiliki pengalaman. Sosok seperti JK misalnya berpengalaman memerintah dan mampu merangkul suara-suara pemilih diluar Jawa. Mahfud MD dianggap memiliki integritas tinggi saat menjadi ketua MK.

Sementara Puan katanya merupakan sosok politisi muda potensial. Apabila PDI Perjuangan mengusungnya mendampingi Jokowi maka akan menyolidkan suara PDI Perjuangan dan pendukung Soekarno di akar rumput. “Apabila Puan diusung maka itu harus diikuti dengan gambaran umum siapa-siapa saja kabinet yang akan direkrut oleh Jokowi dengan syarat kabinet yang dihimpun adalah kabinet meritokratis muda dan kredibel. Sehingga publik paham kemana arah pemerintahan Indonesia kedepan,” urainya.

Secara terpisah, pengamat politik Forum Pemantuan Parlemen Indonesia (FORMAPPI), Lucius Karus menilai, wacana menduetkan Puan Maharani sebagai cawapres untuk Jokowi bisa menjadi alternatif di antara nama-nama lain yang sudah muncul. Terlebih jika PDI Perjuangan memang mau mengusung pasangan capres-cawapres dari kalangan internal sebagaimana yang sudah diwacanakan oleh elite partai. “Bisa saja misalnya pasangan Jokowi-Puan. Pasangan ini jadi terobosan,” katanya.

Dia mengatakan duet Jokowi-Puan menggabungkan dua karakter pemilih yang berbeda. Pertama pemilih yang pro perubahan yang direpresentasikan oleh Jokowi dan kedua pemilih tradional yang diwakili Puan. “Pemilih tradisional ini masih memiliki memori dengan Bung Karno maupun ajarannya. Kelompok tradiosional ini masih suka dengan romantisme masa lalu dan jumlahnya signifikan,” imbuhnya.

Hanya saja, PDI Perjuangan harus punya strategi jitu untuk mengemas pasangan tersebut sebagai pasangan inklusif, bukan pasangan eksklusif. Sebab jika yang muncul di publik adalah pasangan eksklusif, PDI Perjuangan dam pasangan capres-cawapresnya akan menjadi musuh bersama dan belum tentu bisa meyakinkan partai koalisinya. “Apalagi suara PDI Perjuangan sendiri tidak bisa mengusung capres-cawapres sendirian tanpa melakukan koalisi. Sehingga kebutuhan PDI Perjuangan berkoalisi dengan partai lain membuat partai moncong putih ini tidak bisa memutuskan sendiri siapa pasangan capres-cawapres yang diusungnya,” ujarnya.

Menurutnya, dalam posisi sekarang ini sebenarnya peluang bisa menang atau tidaknya capres PDI Perjuangan sangat dipengaruhi oleh bagaimana Jokowi bisa meyakinkan publik bahwa dirinya bisa memimpin Indonesia ke depan. Sebab, sejauh ini yang terjadi bahwa naiknya elektabilitas Jokowi lebih karena faktor media darling. Adapun gagasan bagaimana membangun Indonesia ke depan justru belum muncul ke tengah publik.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Tax Amnesty Jadi UU, Usai Lebaran Diimplementasikan

JAKARTA-Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait pengesahan Rancangan Undang-Undang

Pemerintah Dorong Harga Mobil Listrik Terjangkau

BANDUNG-Hadirnya mobil listrik diyakini akan mendorong diversifikasi bahan bakar kendaraan