Resiko Industri Perbankan Indonesia Menurun

Wednesday 1 Jul 2015, 2 : 23 pm
by

JAKARTA-Risiko industri perbankan Indonesia mengalami penurunan, tercermin dari Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index, BSI) LPS pada bulan Mei 2015 yang menurun dari periode sebelumnya yaitu April 2015 dengan penurunan BSI sebesar 11 bps dari 100,07 menjadi 99,96. Sesuai kategori skala observasi Crisis Management Protocol (CMP) angka BSI saat ini masih berada pada kondisi “Normal”. Demikian dikutip dari Laporan Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan Triwulan II 2015 yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Rabu (1/7)

Disebutkan, penurunan BSI ini didominasi oleh penurun Sub indeks Interbank Pressure (IP) dan Sub Indeks Market Pressure (MP), sedangkan Sub Index Credit Pressure terjadi “stagnasi” dengan tren menurun dari awal tahun 2015. Sub Index IP dan MP mengalami penurunan sebesar 52 dan 11 bps.

Sementara itu, likuiditas perbankan cenderung mengalami perbaikan yang tercermin dari rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) yang turun dari 89,04% pada Februari 2015 menjadi 88,12% pada Maret 2015. Peningkatan DPK yang lebih besar terhadap pertumbuhan kredit, menyebabkan rasio LDR menjadi turun. Pertumbuhan kredit melambat dari 12,2% (yoy) pada Februari 2015 menjadi 11,3% yoy pada Maret 2015. “Disisi lain, penghimpunan DPK tumbuh lebih kencang dari 15,2% yoy pada Februari 2015 menjadi 16,0% pada Maret 2015,” jelasnya.

Sedangkan dari sisi kualitas kredit, rasio Gross NPL cenderung stabil dimana pada bulan Maret 2015 sebesar 2,40% dibandingkan dengan posisi Februari 2015 sebesar 2,43%. Di sisi lain, indikator profitabilitas perbankan yang tercermin dari pertumbuhan Return on Equity (ROE) mengalami peningkatan menjadi 17,89% pada Maret 2015, setelah sebelumnya tercatat sebesar 16.47% pada Februari 2015.

Dengan stabilnya risiko kredit, sub Index Credit Pressure (CP) cenderung tidak mengalami perubahan sebesar 99,71 pada bulan April dan Mei 2015.

Sub indeks Interbank Pressure (IP) mengalami penurunan pada Mei 2015 sebesar 52 bps bila dibandingkan pada bulan April 2015, dari 99,90 pada April 2015 menjadi 99,39 pada Mei 2015 (lihat Gambar 27). Penurunan sub indeks IP disebabkan oleh peningkatan pada penempatan antarbank riil dari Rp 126,458 triliun pada Februari 2015 menjadi Rp 147,257 triliun pada Maret 2015. Sementara itu suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight mengalami penurunan dari 5,79% pada April 2015 menjadi 5,63% pada Mei 2015. Hal ini menunjukkan kondisi likuiditas di pasar perbankan terjaga.

Indikator pembentuk sub indeks Market Pressure (MP) mengalami penurunan sebesar 11 bps dari 100,67 pada April 2015 menjadi 100,56 pada Mei 2015 disebabkan oleh. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami peningkatan sebesar 129.95 poin dengan data penutupan IHSG pada bulan April 2015 sebesar 5.086,43 menjadi 5.216,38 pada bulan Mei 2015. Rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,07% terhadap Dollar dibandingkan dengan nilai rupiah pada bulan April dengan posisi Rp12.937 pada bulan April 2015 menjadi Rp13.211 di bulan Mei 2015. Sedangkan JIBOR 3 bulan mengalami peningkatan sebesar 4 bps dari 6,88% pada bulan April 2015 menjadi 6,92% pada bulan Mei 2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pemerintah dan DPR Optimis Tentang Prospek Ekonomi Indonesia 2019

JAKARTA-Pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat DPR) sama-sama

Hoax, Video Anak Berbusana Muslim Dalam Mimbar Agama Katolik TVRI

JAKARTA-LPP TVRI menyayangkan adanya pemberitaan sepihak terkait program Belajar dari