Risiko Refinancing dan Likuiditas Meningkat, Pefindo Turunkan Rating PSAB

Wednesday 22 Sep 2021, 5 : 35 pm
by
Pefindo memberikan peringkat idA kepada ERAA, dengan outlook untuk peringkat perusahaan di level 'Stabil'. Peringkat ini berlaku hingga 1 September 2022.
ilustrasi

JAKARTA-PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memutuskan untuk menurunkan rating PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) ke level idBBB (Triple B) dari sebelumnya berperingkat idA (Single A).

Menurut analis Pefindo, Kresna Piet Wiryawan dalam siaran pers yang dikirim melalui surat elektronik, Jakarta, Rabu (22/9), peringkat idBBB juga disematkan pada Obligasi Berkelanjutan I yang diterbitkan PSAB.

Selain itu, lanjut Kresna, Pefindo juga merevisi prospek peringkat PSAB menjad ‘CreditWatch dengan Implikasi Negatif’.

Padahal, rating outlook PSAB pada Juni 2021 masih berada di posisi ‘Stabil’.

Perlu diketahui, rating idBBB yang diberikan kepada PSAB tersebut berlaku selama kurun 17 September-17 Desember 2021.

Kresna mengungkapkan, keputusan untuk menurunkan peringkat PSAB maupun obligasinya tersebut dikarenakan oleh adanya peningkatan risiko pembiayaan kembali (refinancing) dan likuiditas yang dipicu oleh permintaan dari salah satu kreditor agar PSAB melunasi seluruh kewajiban senilai USD95,09 juta pada 1 September 2021.

“Situasi ini juga membatasi upaya PSAB dalam mengembangkan salah satu proyeknya di Doup yang sebelumnya akan dibiayai oleh kreditor tersebut, ujar Kresna.

Dia menyebutkan, sejauh ini PSAB sedang berupaya melunasi pinjaman bank tersebut dengan mencari sumber pendanaan dari investor baru.

Namun, mengingat waktu yang terbatas untuk dapat menggalang dana yang besar, PSAB menghadapi risiko ketidakpastian dalam memenuhi kewajiban keuangan tersebut.

Selain itu, lanjut dia, Obligasi Berkelanjutan I Tahap VI-2020 Seri A senilai Rp252,2 miliar akan jatuh tempo pada 7 Desember 2021 yang sebelumnya direncanakan bisa dilunasi dengan menggunakan dana kombinasi dari kas internal dan pendanaan eksternal.

Kresna menjelaskan, obligor dengan peringkat idBBB memiliki kemampuan yang memadai —dibandingkan obligor lain di Indonesia— untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang.

Walaupun, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk kondisi ekonomi.

Lebih lanjut Kresna menyampaikan, peringkat PSAB tersebut mencerminkan sumber daya dan cadangan tambang perseroan yang cukup besar, ekspektasi terhadap biaya tunai produksi (cash cost) yang rendah dan permintaan emas yang tinggi.

“Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh meningkatnya risiko refinancing dan likuiditas, struktur permodalan perusahaan yang agresif, eksposur terhadap fluktuasi harga emas dan cuaca yang tidak menguntungkan, serta risiko terkait pengembangan tambang yang belum menghasilkan,” papar Kresna.

Menurut dia, ketidakmampuan PSAB dalam mengatasi risiko refinancing dan likuiditas dalam beberapa pekan mendatang bisa berdampak pada penurunan peringkat lanjutan secara signifikan.

“Tetapi, outlook dapat direvisi menjadi stabil apabila PSAB berhasil memitigasi risiko pembiayaan kembali dan likuiditas, terkait dengan pinjaman dan obligasi yang akan jatuh tempo dalam enam bulan ke depan,” tutur Kresna.

Sementara itu, ujar Kresna, Pefindo bisa saja menaikkan peringkat PSAB, jika perusahaan ini mampu secara signifikan meningkatkan fleksibilitas keuangan, termasuk dengan adanya tingkat kepastian mengenai komitmen pendanaan untuk penyelesaian proyek Doup.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BTN Catat Laba Bersih Rp768 Miliar

JAKARTA-Seorang nasabah sedang memantau pergerakan positif harga saham PT Bank

Indofood Group Dukung Politeknik St. Paulus Surakarta

SURAKARTA-Indofood Group mendukung Politeknik St. Paulus, Surakarta untuk menjadi lembaga