JAKARTA-Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati meminta pemerintah memperbaiki kinerja dari sisi fiscal guna menyelamatkan potensi pembengkakan deficit APBNP 2013 sebagai dampak pelemahan rupiah. Pasalnya, penyebab utama tekanan terhadap rupiah adalah amburadulnya sector fiscal sehingga sector rill menjadi kacau balau. “Kita punya impor pangan yang sangat besar. Ini membuktikan kegagalan fiscal dalam menstimulus sector pertanian. Demikian juga dengan impor barang modal dan bahan baku yang sangat tinggi. Ini kegagalan sector industry dan investasi Indonesia yang tidak memiliki perencanaan yang komprehensif,” jelas Enny di Jakarta, Senin (29/7).
Kendati deficit anggaran berpotensi meningkat, Enny mengaku masih relatif aman karena terselamatkan oleh realisasi belanja modal yang cenderung kecil penyerapannya. Dilihat dari penyerapan, defisit setengah tahun ini baru 0,8 persen realisasi. “Jadi masih cukup aman dari sisi pemerintah. Cuma nanti implikasinya adalah peran APBN sebagai stimulus kurang bagus, karena realisasinya tidak seperti yang disekenariokan,” kata dia.
Dia menilai, pelemahan rupiah saat ini masih belum akan membuat defisit anggaran membengkak secara signifikan. Namun demikian kata dia, pelemahan nilai tukar rupiah dipastikan akan membengkakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) karena impor BBM masih tinggi. Dan pembelian BBM ini menggunakan mata uang dollar AS.