”Sell in May and Go Away” di Bulan April?

Thursday 18 Apr 2013, 6 : 25 pm
by
Gundy Cahyadi, Ekonom Bank OCBC

Di Jepang, bank sentral BOJ baru akan memulai kebijakan quantitative easingnya yang lebih agresif.  Dalam teori, jika kedua kebijakan ini dijalankan dalam periode yang sama, maka jumlah uang dalam bentuk JPY yang akan dicetak akan terhitung lebih banyak dari jumlah uang dalam bentuk USD, dan intinya nilai tukar USD akan terus menguat terhadap JPY. Kita juga bisa melihat kejadianyang serupa yang terlihat di nilai tukar USD terhadap GBP, juga dengan adanya antisipasi bahwa bank sentral BOE akan menambah dana untuk program quantitative easingnya.

Belum Jauh Berbeda

Mengenai prospek pertumbuhan ekonomi dunia ke depan sendiri, pandangan kami sebenarnya masih belum jauh berbeda dibandingkan pandangan kami di awal tahun ini. Walaupun laju pertumbuhan China sedikit menurun ke 7,7% di Triwulan I ini, kami menilai bahwa prospek pertumbuhan investasi di China masih sangat tinggi dan ini akan terus mengangkat perekonomiannya secara keseluruhan. Tingginya pertumbuhan kredit perbankan dan juga tingkat social financing yang masih sangat tinggi membuat kami tetap yakin bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi China masih bisa mencapai 8% untuk tahun 2013 ini.

Yang sebenarnya menjadi masalah dan mengakibatkan aksi sell-off di market adalah kenyataan bahwa market memang terkesan terlalu optimistic terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia sejak awal tahun ini. Kenyataan bahwa perekonomian dunia masih akan tumbuh sekitaran 3-3,5% untuk tahun ini menjadi satu berita yang pahit ditelan oleh para investor di market, dikarenakan pandangan mereka bahwa pertumbuhan perekonomian dunia seharusnya bisa untuk kembali di sekitaran 4% di saat ini.

Di tengah kedua fenomena ini, emas merupakan aset yang paling mudah untuk “dihajar” apalagi mengingat bahwa tingkat spekulasi di sektor ini sendiri boleh dibilang tergolong tinggi sejak akhir tahun 2011 lalu. Untuk sementara ini, kami melihat bahwa resiko berlanjut turunnya harga emas ini bisa jadi masih akan berterusan apalagi karena market terkesan telah memasuki bearish mode. Walau bagaimana pun, faktor-faktor fundamental lainnya tidak bisa kita abaikan, dan tingkat suku bunga yang jelas masih terlihat sangat rendah di seluruh dunia saat ini berarti bahwa prospek harga emas sebenarnya masih cukup positif dalam jangka waktu 1-2 tahun mendatang.
Kalau penurunan harga emas kemarin terkesan sedikit overdone, dan juga ditambah pandangan kami terhadap potensi pertumbuhan ekonomi China yang masih cukup supportive, bukan tidak mungkin harga emas bisa kembali naik sampai akhir tahun ini setelah kita melihat berakhirnya aksi panic selling di market.

Penulis adalah Ekonom OCBC Bank

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI: Kredit Perbankan Tumbuh Tinggi pada Awal 2024

Dari sisi permintaan, demikian Perry, peningkatan kredit didorong oleh terjaganya

Sembunyikan Setnov, KPK Harus Bongkar Peran Fredrich Yunadi

JAKARTA-Penasehat Hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi ditenggarai mempunyai peran besar dalam mempercepat