Setahun Lebih, BI Rate Tetap di Level 7,5%

Thursday 13 Nov 2014, 5 : 30 pm
by
Gubernur BI, Agus Martowardoyo

JAKARTA-Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 7,5 persen.

Dengan demikian, sudah 13 bulan BI Rate terus berada di level yang sama.

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, langkah bank sentral menahan BI Rate setelah mempertimbangkan level inflasi pada Oktober 2014 lalu.

“Kebijakan itu masih konsisten dengan upaya mengendalikan inflasi menuju sasaran 4,5 persen di 2014,” jelas Agus dalam konferensi pers di Gedung BI Jakarta, Kamis (13/11).

Selain itu, langkah bank sentral menahan bunga acuan juga untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

Sejalan dengan BI Rate, suku bunga Lending Facility dan Suku Bunga Deposit Facility juga tetap bertahan, masing-masing di level 7,5 persen dan 5,75 persen

Menurutnya, kebijakan stabilisasi ekonomi yang ditempuh selama ini mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang.

Hal ini tercermin pada defisit transaksi berjalan yang menurun dan permintaan domestik yang tetap terkelola.

Namun, BI mewaspadai indikasi kenaikan ekspektasi inflasi terkait dengan rencana kebijakan BBM yang akan ditempuh Pemerintah.

“Untuk itu, BI akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung penguatan struktur perekonomian domestik. Selain itu, koordinasi kebijakan antara BI dan Pemerintah akan diintensifkan dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, agar penyesuaian ekonomi tetap terkendali dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Pada pekan lalu,  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Oktober 2014 sebesar 0,47 persen, atau lebih tinggi dari bulan September 0,27 persen.

Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,42. Adapun laju inflasi year on year atau untuk periode September 2013 hingga September 2014 tercatat 4,83 persen.

Sedangkan laju inflasi secara tahun kalender (year to date) tercatat 4,19 persen.

Sedangkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2014 tercatat defisit US$ 270,3 juta karena tingginya defisit pada sektor migas yang mencapai US$ 1,03 miliar.

Langkah BI menahan suku bunga ini sesuai dengan perkiraan ekonom dan analis.

Ekonom dari Universitas Atmajaya, Jakarta, Prasetyantoko mengatakan keputusan BI menahan BI Rate sangat tepat karena inflasi yang terjadi pada bulan ini masih rendah.

Sementara kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga belum diumumkan tanggalnya oleh pemerintah.

“‎Saya kira masih akan tetap, karena inflasi sekarang rendah. Sementara kenaikan harga BBM belum pasti juga,” katanya.

Sementara itu, analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menyebutkan, ditahannya besaran BI Rate mengindikasikan kondisi ekonomi yang stabil, sehingga laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan.

“Hasil rilis data ekonomi atau BI Rate yang disinyalir akan tetap, menjadi salah satu indikator yang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi negara dalam keadaan cukup stabil,” papar William.

Hal yang sama juga diprediksikan oleh Vice President PT Samuel Securitas, Muhammad Alfatih.

“BI rate kami perkirakan tetap, karena sepertinya dengan level sekarang masih bisa mengcover laju inflasi yang sudah turun dan diimbangi dengan rencana kenaikan harga BBM‎,” tegasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

IFC Kembali Bekerja Sama Dengan Ciputra Residence

JAKARTA-International Finance Corporation (IFC), anggota Kelompok Bank Dunia, memberikan sertifikasi desain

Gus Awiek: Ganjar Memang Dekat Dengan Ulama dan Habaib

JAKARTA-Ketua DPP PPP yang juga Juru Bicara PPP Achmad Baidowi