Taslim: Organisasi Extra Universiter Perlu Revitalisasi

Wednesday 17 Dec 2014, 7 : 29 pm
by

JAKARTA-Revitalisasi Organisasi Extra Universiter seperti HMI, PMKRI, GMNI, GMKI, PMII, IMMI, HIKMABUDHI dll, oleh para pemangku kepentingannya perlu dilakukan untuk menyambut perubahan orde politik yang meletakan pondasi sejarah baru nasionalisme. Ada beberapa indikator yang dapat dilihat pada tahun 2014 untuk menyatakan perubahan orde politik yang baru telah terjadi. Demikian diungkapkan Hemawi F Taslim, aktivis politik dan Ketua Umum Forum Komunikasiasi Alumni PMKRI (Forkoma), di Jakarta, Rabu (17/12).

Taslim menjelaskan, terpilihnya Joko Widodo yang bukan ketua umum partai sebagai Presiden RI merupakan momentum yang dapat dilihat sebagai titik ubah (change point) perjalanan bangsa Indonesia. Pada saat yang sama terjadi konflik-konflik internal dalam tubuh partai, dalam badan legislative ataupun eksekutif merupakan bentuk pertentangan antara nilai lama dan nilai baru atas titik ubah itu. “Yang saya cermati adalah, vacuumnya organisasi mahasiswa dalam pilpres 2014 ataupun dalam hingar bingar pemilihan kabinet, memunculkan tanda tanya atas eksistensi organisasi ekstra universiter itu. Ada beberapa organisasi mahasiswa, yang suka tidak suka haru diakui, terpecah karena perbedaan cara pandang dan cara gerak dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Padahal, saya yakin sampai kapanpun yang namanya organisasi mahasiswa akan memainkan peran penting dalam perubahan suatu jaman. Kini giliran partai-partai senior yang terpecah dan para tokoh partai yang terpecah itu adalah tokoh penting dalam organisasi mahasiswa pada jamannya,” tegas Taslim, yang berprofesi sebagai pengacara senior ini.

Oleh karena itu, Taslim mengimbau kepada para pengurus organisasi ekstra universiter untuk merivitalisasi diri sendiri untuk menemukan bentuk pergerakan baru dalam jaman baru yang telah datang. Menurutnya, tanpa keterlibatan para mahasiswa yang menjadi aktivis, Indonesia akan lumpuh dalam dinamika politik.

Tantangan utama yang dihadapi organisasi ekstra universiter saat ini adalah semangat nasionalisme yang tidak terbagi-bagi berdasarkan kepentingan kelompok, partai, suku ataupun agama. Menjadikan organisasi mahasiswa sebagai organisasi yang independen, bebas dari campur tangan politik, kembali ke asas pendirian dulu merupakan tantangan kedua setelah nasionalisme. “Indonesia membutuhkan tokoh-tokoh mahasiswa pendamping Presiden Joko Widodo dalam mengawal perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.  Singkat kata, menemukan jati diri kembali adalah penting agar nilai-nilai organisasi ketika awal didirikan tetap terjaga. Dan kita semua harus mengakui, yang menjadi tokoh atau pemimpin nasional sebagian adalah mantan aktivis mahasiswa. Dan, kita harus dengan rendah hati mengakui juga tidak semua mantan aktivis yang menjadi tokoh nasional itu ideal atau dapat menjadi panutan,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Anggota DPR, DPD, TNI, dan Pejabat Yang Maju Pilkada Harus Mundur

JAKARTA-Presiden Joko Widodo waktu dekat akan mengirimkan ampres (amanat presiden) ke DPR, yang berkaitan dengan

Monopoli Harga Obat, Jadi Akar Masalah Defisit BPJS

Oleh: Muhammad Teguh Maulana Defisit BPJS Kesehatan mengancam akses masyarakat