BI Sebut Kebutuhan Uang Tunai Naik 13,5 Persen Jelang Lebaran 2019

Friday 10 May 2019, 3 : 22 pm
ILustrasi

JAKARTA Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai sebesar 13,5 persen menjadi Rp217,1 triliun selama Ramadhan dan libur Lebaran 2019, dibandingkan periode sama 2018 yang sebesar Rp191,3 triliun.

Pertumbuhan kebutuhan uang tunai yang sebesar 13,5 persen secara tahunan di 2019 menunjukkan peningkatan dibanding rata-rata pertumbuhan dalam 2013-2018 yang sebesar 13,3 persen.

“Di pekan pertama Ramadhan ini realisasi penarikan kebutuhan uang tunai capai Rp22,2 triliun atau mencapai 10,2 persen dari total kebutuhan Rp217,2 triliun,” kata Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi di Jakarta, Jumat, (10/5/2019).

Di pekan pertama Ramadhan ini, realisasi penarikan uang tunai terbanyak terjadi di Pulau Jawa dengan wilayah non-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dengan besaran Rp8,5 triliun.

Secara total untuk Ramadhan dan Lebaran 2019, uang tunai yang disiapkan sebanyak Rp217,1 triliun paling besar didominasi kebutuhan di Jabodetabek sebesar Rp51,5 triliun, kemudian Jawa Timur sebesar Rp29,9 triliun, Jawa Tengah dan Yogyakarta sebesar Rp31,1 triliun, dan Jawa Barat serta Banten sebesar Rp23 triliun. Sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa.

Rosmaya menjelaskan peningkatan kebutuhan uang tunai selama Ramadhan dan Lebaran 2019 ini karena beberapa faktor. Pertama, periode libur Lebaran yang cukup panjang yakni 10 hari dari 30 Mei hingga 9 Juni 2019.

Kedua, kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan juga pencairan untuk Tunjangan Hari Raya PNS dan pegawai swasta.

Adapun total kebutuhan uang tunai Rp217,2 triliun ini lebih besar hingga empat kali lipat dari kebutuhan uang tunai di hari normal.
“Kenapa meningkat dibanding waktu normal, salah satunya karena kenaikan gaji,” ujar Rosmaya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Dewan Pakar Golkar Minta Ical Tinggalkan Prabowo-Hatta

JAKARTA-Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Siswono Yudo Husodo meminta partai

BPOM: 95% Bakan Baku Obat Masih Impor

JAKARTA-Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengakui harga obat di