Fahri : NTB Bisa Jadi Sentrum Integrasi Agama dan Negara

Saturday 3 Jun 2017, 7 : 05 pm

MATARAM-Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyayangkan tuduhan seolah umat Islam menjadi golongan yang paling sulit dalam berintegrasi dengan NKRI. “Tuduhan itu sangat menyakitkan. Bagi umat Islam, soal kebhinnekaan dan kesetiaan pada Pancasila sudah selesai,” katanya dalam acara buka puasa bersama masyarakat di Mataram, NTB, Sabtu (3/6/2017).

Dalam acara tersebut hadir Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin, Ketua Forum Komunikasi Pesantren se-NTB dan tokoh agama paling senior di NTB Tuan Guru Shafwan Hakim, Wakapolda NTB, Danlanud, Danlanal, organisasi kepemudaan dan para tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Legislator kelahiran Sumbawa selaku tuan rumah membuka acara dengan ajakan agar NTB berkiprah secara nasional. “NTB jangan ‘main kecil’ lagi,” katanya.

Lebih jauh Fahri menunjukkan bahwa icon baru NTB, Islamic Center dan Masjid Hubbul Wathan (artinya Cinta Negara) bisa jadi pusat integrasi agama dan negara. NTB bisa membuktikan bahwa dari dalam masjid ummat Islam menyuarakan cinta dan berbakti pada bangsa bahkan menjaga perdamaian negara.
“Dari masjid ke masjid, saya suarakan Islam menyatu dengan NKRI. Di daerah-daerah, saya tidak lihat ada masalah dengan toleransi,” ujar mantan Ketua KAMMI.

Sayangnya ada pihak yang jualan, kata Fahri, seolah ada problem kebhinnekaan, padahal masalahnya ketidakadilan menimpa masyarakat. “Yang teriak ‘saya Pancasila’ ini seperti muallaf saja, seperti baru kenal, selama ini kemana saja?” pungkasnya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jokowi: Berpolitik Itu Ada Tata Kramanya

REMBANG-Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sedih melihat perkembangan media sosial
Pefindo telah menyematkan prospek CreditWatch dengan Implikasi Negatif terhadap peringkat ISAT, sehubungan dengan rencana penggabungan usaha dengan Tri yang diharapkan selesai pada Desember 2021

Struktur Modal dan Proteksi Arus Kas Membaik, Outlook KAEF Direvisi Jadi ‘Stabil’

JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai bahwa saat ini