IBPA: Tak Masalah BI Rate Tinggi Selama Ekonomi Stabil

Monday 23 Nov 2015, 7 : 45 pm
by

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) masih belum mau menurunkan suku bunga acuan BI rate meskipun sejumlah indikator perekonomian di dalam negeri menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Saat ini, BI Rate masih berada di level 7,5 persen.

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Terenggono menilai tingginya BI Rate serta nilai tukar rupiah yang masih bertengger di kisaran Rp13 ribuan tidak menimbulkan dampak yang signifikan selama stabilitas ekonomi masih tetap terjaga dengan baik. “Tugasnya BI itu memang menjaga stabilitas perekonomian. Bukan mematok rupiah di angka tertentu. Sekalipun rupiah di kisaran Rp17 ribu sepanjang ada stabilitas tidak masalah,” tegas Wahyu dalam diskusi dengan media di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (23/11).

Menurutnya, dengan BI rate tinggi, mata uang rupiah relatif dapat dikendalikan. Jika BI rate rendah, memang uang di masyarakat akan lebih banyak di pasaran dan suku bunga bank juga akan lebih rendah. Namun akan berdampak pada penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini memicu akan terjadinya aliran dana ke luar (capital outflow). “Makanya kebijakan BI lebih moderat dan lebih mengambil jalan tengah dengan  mempertahankan BI rate di angka 7,5 persen,” ujarnya.

Selama ini, katanya, dunia usaha banyak yang teriak dan mengeluh terkait masih tingginya suku bunga acuan ini. Tingginya BI Rate ini membuat pengusaha sulit mendapat dana pinjaman dari sektor perbankan. Apalagi, suku bunga pinjaman yang dipatok masih tinggi. Padahal, sisi lain, pengusaha membutuhkan dukungan dana dari perbankan. “Bagi produsen atau kalangan pengusaha, jika BI rate diturunkan, misalnya di angka 6 persen,  dengan bunga  kredit bank turun akan dengan mudah mencari pinjaman. Dengan adanya  pinjaman yang mudah cair menandakan positif terhadap kinerja perusahaan. Dampaknya tenaga kerja tetap akan beraktifitas. Bahkan mungkin saja akan muncul pabrik-pabrik baru, sehingga berdampak pada pertumbuham ekonomi,” terangnya.

Dia mengaku, banyak pihak berpendapat jika BI rate rendah maka inflasi akan mudah dikendalikan. Namun faktanya, dengan BI rate tinggi, inflasi masih tetap di angka wajar.  “Inflasi Indonesia masih dalam batas wajar. Hingga Oktober 2015, inflasi 6,2 persen. Karena kisaran inflasi 4 – 9 persen masih dapat memacu pertumbuhan ekonomi,” tandas Wahyu.

Menurutnya, pihak BI selama ini masih sedang menunggu waktu yang tepat dalam rangka penurunan BI rate. “Saya rasa Agus Marto (Gubernur BI) masih mencari kapan waktu yang tepat untuk menurunkan BI rate. Tapi bagi saya, BI rate mau tinggi atau rendah yang penting ada stabilitas. Karena itulah tugas BI menjaga stabilitas,” tutup dia. (TMY)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Longgarkan Cicilan, Summarecon Genjot Penjualan Rumah

JAKARTA-PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berupa menggenjot penjualan rumah. Salah

Uni Eropa Bantu Korban Gunung Kelud Rp15 Miliar

JAKARTA-Komisi Eropa mengalokasikan bantuan sebesar € 100.000  atau sekitar Rp