Mafia Sengaja “Bunuh’ Koperasi

Thursday 11 Sep 2014, 5 : 21 pm
daridulu.com/bambang tri

JAKARTA-Perilaku mafia diberbagai sektor bisnis, termasuk di BUMN  telah menyebabkan koperasi tidak tumbuh dan berkembang besar di Indonesia. “Mafia itu memang yang terbesar dari badan usaha milik negara (BUMN) seperti Migas, Pertamina, PLN, Bulog, perbankan, semua kementerian, perusahaan negara dan sebagainya menyangkut kehidupan dan hajat hidup rakyat. Inilah antara lain yang membunuh koperasi sebagai soko guru-pondasi perekonomian bangsa ini,” kata anggota Komisi VI DPR, Refrizal dalam dialog “Koperasi Pilar Ekonomi Negara”  bersama Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia .A.M. Nurdin Halid dan pengamat politik Boni Hargens di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (11/9/2014).

Lebih jauh kata Refrizal, DPR akan melakukan pengkajian  bersama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan kampus-kampus guna menyamakan persepsi terkait masuknya koperasi sebagai salah satu pilar negara.  “Kita diskusikan dan kaji lebih jauh dengan melibatkan Lemhannas dan kampus-kampus terkait,” ungkapnya

Refrizal mengatakan, saat ini ada empat pilar negara yang disepakati yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila, kata Refrizal, dikeluarkan dari empat pilar itu dan ditempatkan ke posisi yang lebih tinggi atau berada di atas pilar lainnya. “Posisi Pancasila yang sudah dikeluarkan dan ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi digantikan oleh koperasi,” ungkapnya

Nurdin Halid sepakat dengan gagasan Refrizal menempatkan Pancasila di atas pilar-pilar lainnya, karena dia adalah dasar negara. Sehingga empat pilar saat ini terdiri dari  UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Koperasi. “Inilah mimpi besar kami dalam membangun fundamental ekonomi nasional. Draf konsep koperasi sebagai pilar negara pun bisa terwujud,” katanya.

Nurdin Halid mengatakan, koperasi adalah satu-satunya sistem dan alat milik asli Indonesia untuk mewujudkan negara kesejahteraan yang riil. Sementara keempat pilar bangsa lainnya bersifat abstrak berupa nilai-nilai dasar, visi, spirit, dan cita-cita. “Buktinya setelah 69 tahun merdeka, negara kesejahteraan yang berkeadilan masih jauh panggang dari api. Itu karena kita mengingkari gotong-royong dalam koperasi sebagai jatidiri keindonesiaan kita,” katanya.

Karena itu, Nurdin Halid sangat berharap Presiden terpilih Joko Widodo dan Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla  menjadikan koperasi sebagai soko guru dan pilar ekonomi bangsa Indonesia. “Kalau kita belajar dari pengalaman krisis ekonomi tahun 1998, semua perusahaan konglomerasi melarikan diri ke luar negeri. Yang tertinggal hanya koperasi dan itulah yang membuat Indonesia bertahan dan keluar dari krisis,” pungkasnya. (ek)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BPS Catat September Alami Deflasi 0,05%

JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) memuji kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah

650 Investor Siap Hadir di World Economic Forum

JAKARTA-Setelah berhasil menjadi tuan rumah World Economic Forum on East