JAKARTA-Presiden Joko Widodo mengaku geram dengan maraknya peredaran narkoba di Indonesia. Data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pengguna narkoba terus meningkat. Tahun 2015 diperkirakan angka prevalensi pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang, dan setiap hari 49-50 generasi muda Indonesia mati karena narkoba. “Saya tegaskan, semua harus dihentikan, harus dilawan, dan tidak bisa dibiarkan lagi,” tegas Presiden Jokowi saat menghadiri puncak peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2016, di Pinangsia Taman Sari, Jakarta, Minggu (26/6).
Presiden menegaskan perang melawan narkoba di Indonesia tidak boleh surut. Karena tu, Presiden meminta kepada semua kementerian, lembaga, aparat hukum, terutama di Polri, kepada seluruh Kapolda, jajaran Polda, kepada seluruh Kapolres, jajaran Polres, Polsek semuanya, agar mengejar dan menangkap para pengedar narkoba. “Hajar mereka, hantam mereka. Kalau undang-undang memperbolehkan dor mereka. Ingat Bapak/Ibu sekalian, generasi muda kita mati karena narkoba 5,1 juta. Untungnya undang-undang tidak memperbolehkan itu, kalau boleh akan saya perintahkan langsung ke Kapolri dan Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional),” tegas Presiden.
Presiden mengatakan, perang terhadap narkoba ini tidak boleh setengah hati. Apalagi, para pengedar narkoba terus bergerak dan menemukan cara-cara baru untuk mengelabui aparat hukum dan keamanan.
Bahkan, mereka sudah mulai memanfaatkan orang-orang yang tidak dicurigai seperti anak-anak dan wanita untuk menjadi kurir narkoba. “Dan adanya modus baru dalam penyelundupan narkoba ke dalam mainan anak, kaki palsu, dan yang lain-lainnya,” imbuhhya.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kata Presiden, kejahatan luar biasa ini sudah merengkuh berbagai lapisan masyarakat. Mengutip laporan Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso, Presiden menyebutkan, anak TK (Taman Kanak kanak) dan SD (Sekolah Dasar) sudah ada yang terkena narkoba. “Tidak hanya di kota, (tapi juga) di kampung, di desa. Tidak hanya orang dewasa, (tapi juga) remaja, anak-anak, dan bahkan yang di TK pun sudah dimasuki narkoba. Tidak hanya orang biasa tapi juga ada aparat, ada pejabat, dan ini yang seharusnya menjadi panutan juga terkena narkoba,” tuturnya.
Presiden mengingatkan semua harus bersinergi mulai dari pesantren, universitas, kementerian, lembaga, kota, kabupaten, maupun provinsi, semuanya, sebab kalau ini dibiarkan bisa kemana-mana dan bisa melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Kata-kata pun, lanjut Presiden, sudah tidak diperlukan lagi, yang diperlukan adalah tindakan yang konkrit, tindakan yang nyata. “Saya perlu ingatkan, semua harus bersinergi mulai dari BNN, Polri,kementerian, lembaga, LSM, masyarakat semua harus betul-betul melakukan langkah-langkah yang terpadu untuk melawan narkoba, langkah-langkah yang progresif, yang mengalahkan kelicikan para pengedar narkoba,” tutur Presiden seraya mengingatkan, yang tidak kalah penting, masing-masing harus menghilangkan ego masing-masing, egosektoral.
Presiden menegaskan kembali, dengan kekuatan dan kecerdasan bersama, dimanapun ada narkoba di Indonesia, seluruh sumberdaya pemerintah harus hadir dan memberantasnya, baik di lembaga pemasyarakatan (lapas), sekolah, perbatasan, bandara, pelabuhan, dan kantor-kantor instansi pemerintah sekalipun. “Sekali lagi, dimanapun ada narkoba kita harus berantas, Indonesia tidak boleh dijadikan tempat lalu lintas peredaran dan perdagangan narkoba lagi, apalagi menjadi tempat produksi barang-barang haram tersebut. Sekali lagi saya tegaskan saatnya kita perang melawan narkoba,” pungkas Presiden.