Rupiah Mulai Perkasa, Sentuh Level Rp 14.237 per USD

Tuesday 6 Oct 2015, 4 : 34 pm
by

JAKARTA-Tekanan terhadap mata uang Rupiah perlahan berkurang. Mata uang garuda ini mulai perkasa terhadap dollar AS setelah pada beberapa hari sebelumnya selalu mengalami pelemahan. Pada perdagangan, Selasa (6/10), mata uang Garuda ini dibuka di level Rp 14.475 per USD dan terus menguat hingga menyentuh level Rp 14.200-an per USD. Meski pada penutupan perdagangan, Rupiah kembali bertengger di level Rp 14.237-an per USD.

Bank Indonesia (BI) menyambut baik penguatan nilai tukar rupiah yang lompat menguat. “Iya betul, alhamdulillah (rupiah menguat),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Selasa (6/10).

Namun Tirta enggan menyebut faktor yang memengaruhi lompatan kuat rupiah itu, Yang pasti katanya, BI terus mencermati perkembangan dan faktor-faktor yang memengaruhi penguatan rupiah tersebut. “Mana yang lebih dominan (apakah karena faktor global ataukah karena berbagai kebijakan yang dilakukan BI). Kami sedang mencermatinya,” katanya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, menegaskan fundamental atau indikator makroekonomi Indonesia sebenarnya dalam posisi yang baik dan bisa membuat kurs rupiah menguat terhadap dolar AS. Variabel indikator ekonomi makro Indonesia sudah menunjukkan perbaikan dari sisi defisit transaksi berjalan semakin menyempit, inflasi lebih terkendali dan neraca perdagangan mengalami surplus. “Indikator makronya sudah membaik, sebenarnya syarat untuk penguatan rupiah sudah ada. Tapi memang kondisi anomali global dan isu sentimen lain yang mengakibatkan (pelemahan kurs rupiah),” imbuhnya.

Namun dia memperkirakan, tekanan rupiah masih akan terus berlangsung sampai kondisi ketidakpastian global berkurang. Pasalnya, perekonomian dunia saat ini tidak jelas arahnya, seperti rencana kenaikan tingkat suku bunga AS. “Meski ini alasan klise diulang-ulang terus tapi ini realitasnya. Semua pemain menunggu sinyal dari AS,” terangnya.

Secara terpisah, Analis PT Bank Woori Saudara Tbk, Rully Nova menjelaskan, penguatan rupiah ini didukung sentimen eksternal dan internal. Dari eksternal, data tenaga kerja AS memburuk seiring penyerapan data tenaga kerja di sektor non-pertanian dan pemerintah hanya 142 ribu pada September 2015 dari prediksi sekitar 200 ribu telah memberikan sentimen positif terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Data tenaga kerja AS yang memburuk itu membuat harapan pelaku pasar kalau bank sentral AS atau The Federal Reserve belum akan menaikkan suku bunganya. “Kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral AS mundur pada November atau Desember. Jadi masih ada ruang untuk penguatan rupiah,”urainya.

Sementara dari sentimen internal jelasnya, pelaku pasar menanti rilis paket kebijakan pemerintah jilid III. Diharapkan paket kebijakan ekonomi Jilid III ini dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. “Sentimen positif datang dari domestik dan eksternal sehingga mendorong penguatan rupiah,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

pemerintah telah menyusun Masterplan Ekonomi Syariah 2019-2024 sebagai strategi mewujudkan Indonesia sebagai produsen produk halal dunia

Indonesia Digadang Jadi Pusat Produksi Halal Dunia

SIDOARJO-Ekonomi dan keuangan Syariah merupakan sumber baru yang dapat meningkatkan

Menperin: Dubes Berperan Genjot Ekspor Produk Industri

JAKARTA-Menteri Perindustrian (Menperin). Agus Gumiwang Kartasasmita menilai para Duta Besar