BANDUNG-Bank Indonesia terus mencari cara menurunkan suku bunga perbankan. Alasannya, tingginya suku bunga kredit berpengaruh pada likuiditas pembiayaan. “Itu berpotensi menyulitkan debitur, khususnya, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” kata Kepala Divisi Humas Bank Indonesia, Difi A Johansyah di Bandung,Jumat,(3/5).
Oleh karena itu, kata Difi lagi, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mendorong eksistensi para pelaku UMKM. Salah satunya yaitu menekan suku bunga perbankan. Tingkat suku bunga dapat berpengaruh pada roda ekonomi.
Ditempat yang sama Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah VI Jabar-Banten, Dian Ediana Rae, mengaku pihaknya terus menekan agar suku bunga kredit maupun deposito bisa turun. Upaya itu, melalui efisiensi perbankan. “Tentunya, ini pun bukan pekerjaan mudah. Untuk itu, kami harus bertemu dan membahasnya dengan seluruh lembaga perbankan, baik swasta, BUMN, BUMD, termasuk BPR (bank perkreditan rakyat),” terangnya
Dian tidak membantah keberadaan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menggerakkan roda ekonomi. Dia merujuk negara-negara Eropa yang menjadikan UMKM sebagai back bone ekonominya.
Menurut Dian, dalam mengembangkan sektor UMKM, masalah pendanaan bukan menjadi salah satu unsur yang terpenting. Dia berpendapat, ada beberapa hal penting lainnya yang dapat menunjang pertumbuhan sektor UMKM. Di antaranya memperbaiki akses.
Dia menyatakan, perbaikan akses itu tidak hanya pada debitur, tetapi juga lembaga perbankan sebagai penyalur kredit. Misalnya, dalam hal penetapan suku bunga, yang dianggap banyak kalangan masih tinggi, serta faktor-faktor lainnya. “Termasuk bagaimana menciptakan iklim usaha yang kondusif,” pungkasnya. **can