Uang Beredar Juli 2016 Mencapai Rp4.728,6 Trilliun

Thursday 1 Sep 2016, 8 : 44 am
by
ilustrasi

JAKARTA-Pertumbuhan likuiditas perekonomian (M2) pada Juli 2016 mengalami perlambatan.

Posisi M2 pada akhir Juli 2016 mencapai Rp4.728,6 trilliun atau tumbuh sebesar 8,1% (yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,7% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan M2 tersebut dipengaruhi oleh  komponen M1 dan surat berharga selain saham.

Direktur Eksekutif  Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan M1 pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp1.144,5 Triliun atau tumbuh 10,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,9% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan M1 terutama didorong oleh kembalinya uang kartal ke sistem perbankan pasca hari raya Idul Fitri.

Sementara itu, surat berharga selain saham terkontraksi sebesar -22,8% (yoy) pada Juli 2016 yang pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 1,1% (yoy).

Penurunan surat berharga selain saham tersebut terutama terjadi pada surat berharga yang dipegang oleh sektor korporasi.

“Disisi lain, komponen uang kuasi1 mencapai posisi Rp3.572,3 triliun atau tumbuh 7,4% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,1% (yoy) pada Juni 2016,” tuturnya.

Sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)2 mencapai Rp4.471,9 triliun, atau tumbuh sebesar 6,8% (yoy) meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,5% (yoy). 

Program tax amnesty ditengarai mendorong laju pertumbuhan DPK tersebut.

Meningkatnya DPK terutama ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan giro dan deposito yang bulan sebelumnya mengalami perlambatan.

Disisi lain, tabungan yang mulai tumbuh sejak pertengahan tahun 2015 menunjukkan perlambatan pada Juli 2016 yang tumbuh sebesar 12,8% (yoy).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BPK Diminta Audit Pesawat Merpati

JAKARTA-Kalangan DPR mendesak agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera melakukan

Bungaran: Indonesia Perlu Menko Pangan dań Agribisnis

JAKARTA – Menteri Pertanian Periode 2000-2004, Bungaran Saragih, mengusulkan agar