OJK Targetkan Kredit Sektor Pangan Tumbuh Rp 43 Triliun

Jumat 13 Feb 2015, 8 : 35 pm
by

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan bagi pelaku usaha di sektor pangan tahun 2015 mencapai Rp 255 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 20,3 persen setara Rp 43 triliun dibanding pembiayaan 2014 yang sebesar Rp 212,2 triliun. “Sektor perbankan yang membiayai bidang pangan terbilang ada peningkatan. Tahun kemarin pertumbuhannya sebesar 19,5 persen, maka tahun ini ditargetkan bertumbuh sebesar 20,3 persen,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad saat menjadi pembicara dalam seminar Jakarta Food Security Summit 3, di Jakarta Convention Center, Jumat (13/2).

Meskipun memasang target pertumbuhan kredit sektor pangan cukup tinggi, namun Muliaman mengatakan bahwa porsi pembiayaan di bidang ini masih kecil. Pada 2014, porsi pembiayaan sektor pangan hanya 5,88 persen dari total keseluruhan pembiayaan sebesar Rp 3.600 triliun. “Sayangnya angka proporsinya terhadap total keseluruhan pembiayaan cukup kecil, yaitu hanya 5,88 persen. Mengapa kecil, karena tidak banyak institusi perbankan yang mau melakukan pembiayaan terhadap sektor ini karena adanya stigma-stigma tertentu,” lanjut Muliaman.

Secara keseluruhan jelasnya, kredit perbankan kepada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, peternakan, kelautan dan perikanan, menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Kredit Pertanian, Perburuan & Kehutanan pada 2011 sebesar Rp 97,5 triliun, pada 2012 sebesar Rp 125,4 triliun, pada 2013 sebesar Rp 158,4 triliun dan pada 2014 mencapai Rp 189,2 triliun. Sementara itu, kredit Kelautan dan Perikanan pada 2011 sebesar Rp 5,0 triliun, pada 2012 sebesar Rp 5,5 triliun, pada 2013 sebesar Rp 6,4 triliun dan pada 2014 mencapai Rp 7,7 triliun. “Adapun Kredit Peternakan pada 2011 sebesar Rp 8,9 triliun, pada 2012 sebesar Rp 10,8 triliun, pada 2013 sebesar Rp 12,7 triliun dan pada 2014 sebesar Rp 15,3 triliun,” jelasnya.

Salah satu stigma tersebut kata Muliaman, adalah nilai non-performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Padahal, secara akumulatif sektor pangan memiliki NPL terbilang cukup rendah dan di bawah rata-rata NPL sektor ekonomi secara keseluruhan yang mencapai 2,28 persen.

Data OJK menyebutkan NPL untuk sektor Pertanian, Perburuan & Kehutanan pada 2011 mencapai Rp 1,2 triliun (1,2%) pada 2012 sebesar Rp 1,7 triliun (1,3%), pada 2013 sebesar Rp 1,9 triliun (1,2%) dan pada 2014 sebesar Rp 3,1 triliun (1,6%).

Adapun NPL sektor Kelautan dan Perikanan pada 2011 sebesar Rp 0,3 triliun (5,7%) pada 2012 sebesar Rp 0,2 triliun (3,3%) pada 2013 sebesar Rp 0,2 triliun (2,9%) dan pada 2014 sebesar Rp 0,2 triliun (2,5%).

Sedangkan NPL untuk sektor Peternakan pada 2011 sebesar Rp 0,2 triliun (2,6%), pada 2012 sebesar Rp 0,5 triliun (4,8%), pada 2013 sebesar Rp 0,5 triliun (3,6 persen dan pada 2014 sebesar Rp 0,7 triliun ( 4,3% ). “Semua NPL di subsektor pangan terbilang relatif lebih kecil, hanya subsektor peternakan saja yang berada di atas rata-rata NPL pembiayaan sektor ekonomi dengan nilai mencapai empat persen,” tambahnya

 

 

 

 

 

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Museum BI Jadi Tuan Rumah Konferensi ICOMON 2017

JAKARTA-Museum Bank Indonesia (BI) menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi museum

Aset Industri Asuransi Tumbuh Jadi Rp1.128,86 Triliun per Maret 2024

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, aset industri asuransi