Diduga Ada Agenda Tersembunyi Dalam Kasus Freeport

Thursday 23 Feb 2017, 7 : 21 pm

JAKARTA—Kasus PT Freeport bukan sekadar persoalan divestasi atau perubahan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Namun diduga ada yang ingin bermain dalam sengketa tersebut.  “Di depan pura pura nasionalisme, tapi diam-diam diduga mau mengeruk keuntungan,” kata Pengamat Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinan Hutahaean bersama anggota Komisi VII Harry Purnomo dalam diskusi ““Freeport: Kebijakan Pemerintah dan Ancaman Korporasi” di Jakarta,  Kamis (23/2/2017).

Lebih jauh Ferdinand mengatakan telah terjadi kesalahan awal pada kontrak karya yang telah ditandatangani. Menurutnya, kontrak karya tidak pernah mencantumkan bahwa seluruh peralatan akan menjadi milik Indonesia kalau kontrak berakhir.

Dengan demikian, ujarnya, kalau Freeport benar-benar hengkang dari Indonesia dengan ngototnya pemerintah mengubah kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) maka Indonesia akan dirugikan.
Sedangkan terkait kecurigaan atas adanya oknum pejabat yang ‘bermain’ dalam sengketa ini, lebih jauh dia mengatakan ada sinyalemen yang jelas mengenai hal itu. “Ada dugaan agenda tersimpan di dompet belakang,” imbuhnya.

Sementara itu,  anggota Komisi VIII DPR Harry Poernomo mengatakan pemerintah dinilai tidak terbuka kepada DPR terkait kompleksitas rencana perubahan kontrak karya PT Freeport Indonesia sehingga dikhawatirkan ada pihak tertentu yang mengambil keuntungan dengan persoalan perizinan usaha tambang.  “Pemerintah tidak terbuka untuk berkomunikasi dengan DPR soal strategi menghadapi Freeport,” ujar Harry.

Menurutnya, sejak kasus kontrak karya bergulir pemerintah terkesan tertutup sehingga Komisi VII DPR tidak bisa menggali lebih jauh mengenai persoalan yang sangat strategis itu di sektor pertambangan.

Bahkan secara keseluruhan politisi Partai Gerindra itu mengatakan bahwa ada kesan DPR hanya sebagai tukang stempel atas kebijakan pemerintah. Kesan itu, ujarnya, muncul setelah kekuatan partai pendukung pemerintah semakain kuat, sedangkan partai yang berada di luar pemerintah kian sedikit termasuk PKS dan Gerindra.

Dia mengatakan bahwa tanpa merendahkan arti nasionalisme, akan sulit bagi Indonesia untuk menghadapi Freeport dalam kasus ancaman gugatan Freeport ke Arbitrase Internasional. Menurutnya, tim negosiasi Indonesia tidak saja merasa inferiror, akan tetapi juga banyaknya kelemahan kita dalam hal kemampuan teknologi dan permodalan. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pegawai TVRI Dapat Tunjangan Kinerja Rp1,5 Juta-Rp21,9 Juta

JAKARTA-Pemerintah memberikan tunjangan kinerja kepada pegawai di Lembaga Penyiaran Publik

BI Gagas 4 Pilar Kebijakan Dukung Daya Saing Pariwisata KTI

MANADO-Bank Indonesia (BI) menggagas 4 (empat) pilar prioritas kebijakan sebagai