Adaptasi Model Teror JAD dan Prediksi Kekuatan Paska Bom Surabaya

Sunday 20 May 2018, 11 : 41 pm
by

Dari sisi target serangan, JAD saat ini diketahui hanya mempunyai dua sasaran, yaitu polisi yang dianggap sebagai musuh utama, dan Gereja sebagai simbol ideologi yang berbeda. Sasaran polisi dilakukan di aksi teror di Thamrin, Kampung Melayu dan Surabaya. Sementara sasaran Gereja dilakuka di Samarinda dan Surabaya.

Pasca aksi rusuh di Mako Brimob yang didalangi oleh napiter dari kelompok JAD, Polri telah melakukan serangkaian penangkapan. Empat orang ditangkap di Tambun Bekasi, satu orang ditembak mati kerena melakukan perlawanan, kemudian empat orang ditembak mati di Cianjur, adalah jaringan JAD. Kedua kelompok kecil terpisah ini ditangkap dan sebagian ditembak dalam perjalanan menuju Depok untuk membantu para napiter di Mako Brimob yang sedang melakukan perlawanan terhadap petugas.

Rangkaian penangkapan dilakukan oleh Polri terkait aksi-aksi teror pada bulan Mei ini, yang didominasi di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera. Dampak dari rangkaian penangkapan ini adalah melemahnya kekuatan JAD di Indonesia. Pelemahan ini sudah mulai terjadi pada aksi di Mapolda Riau, yang jelas menunjukkan bahwa kekuatan JAD semakin mengecil dan tidak terencana dengan baik.

Polri bekerja sama dengan BIN, TNI, dan BNPT akan terus melakukan penanganan terhadap kelompok radika pelaku teror, apapun afiliasinya. Dengan kolaborasi antar lembaga negara ini diperkirakan akan menjadi tekanan besar bagi kelompo JAD di Indonesia. Struktur JAD yang sudah diketahui oleh aparat, akan memudahkan penangkapan di lapangan. Anggota JAD tidak bisa menghindar lagi dan tinggal menunggu waktu.
Kekuatan kelompok JAD sudah mulai terkikis dan menuju titik habis. Meskipun dimungkinkan masih ada simpatisan yang tidak terdeteksi. Kombatan-kombatan JAD yang sudah menjadi pelaku bom bunuh diri dan tertangkap akan mengurai kekuatan JAD. Saat ini yang tersisa dari kelompok JAD diperkirakan hanya yang mempunyai kualifikasi suporter di garis belakang.

Tentu saja perlu diwaspadai bahwa anggota kelompok radikal pelaku teror, dalam keadaan terdesak, masih bisa melakukan aksi seperti teror lone wolf, yang biasanya sulit untuk dideteksi. Teror lone wolf inilah yang diperkirakan akan menjadi model terakhir yang dilakukan oleh JAD pada titik kritis.
Prediksi selanjutnya, kelompok JAD akan berhasil ditumpas oleh negara melalui Polri, BIN, TNI, dan BNPT. Tidak perlu waktu lama, bahkan sebelum lebaran, ancaman-ancaman teror akan dikendalikan dengan menumpas pelaku utamanya yang saat ini terdeteksi dari kelompok JAD.

Surutnya kelompok JAD karena aksi tegas dari pemerintah ini akan terjadi dengan cepat seiring dengan surutnya ISIS di Suriah dan Irak karena tekanan pasukan multinasional. Yang tersisa dan tidak terdeteksi akan tercerai berai dan akhirnya menjadi sel tidur. Sambil menunggu momentum, yang tersisa dan tidak terdeteksi bisa bangkit dengan kelompok yang baru, atau selamanya tetap tidur dan bermetamorfosis menjadi masyarakat biasa.

Penulis adalah Pengamat terorisme alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia (UI) di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

78,5% Publik Percaya Jokowi Mampu Jalankan Program Nawa Cita

JAKARTA-Tingkat kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla
IPO

Bayar Utang dan Beli Tanah, Peternak Ayam Ini Incar Dana IPO Rp88 Miliar

JAKARTA-Perusahaan bidang peternakan ayam, PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM)