Alumni Lemhannas PPSA XXI, Dukung Gerakan Bumi Sebagai Rumah Bersama

Thursday 16 Aug 2018, 2 : 32 pm
by
TANAM POHON GAHARU IKAL PPSA XXI – (tengah) Ketua IKAL PPSA XXI Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi menanam pohon gaharu disaksikan oleh para alumni PPSA XXI, Ketua Panitia Taman Bintang Samudera Thomas Yusman (berdiri), AM Putut Prabantoro (batik lengan pendek) dan Lina SE (berdiri)

PANGKAL PINANG-Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) PPSA XXI mendukung gerakan “Bumi Sebagai Rumah Bersama” dengan mendorong masyarakat Indonesia untuk mencintai dan mengembangkan ekonomi wisata berbasiskan lingkungan hidup di daerahnya. Hanya dengan mencintai lingkungan hidup di daerahnya, manusia akan terhindarkan dari berbagai bencana dan sekaligus berdampak memberi kehidupan yang sebenarnya.

Pernyataan ini ditegaskan oleh Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi, Ketua IKAL Lemhannas PPSA XXI, saat menghadiri acara peletakan batu pertama (Ground Breaking) pembangunan Taman Bintang Samudera di Sungailiat, Bangka, Rabu (15/8).
Dalam kesempatan itu, bersama dengan pengurus IKAL Lemhannas PPSA XXI yang lain yakni Lina SE, AM Putut Prabantoro serta Thomas Yusman, Arif Wachjunadi menanam pohon di kawasan Taman Bintang Samudera.

Taman Bintang Samudera (TBS) adalah taman wisata religi umat Katolik dengan komposisi 30% destinasi wisata religi dan 70% destinasi wisata umum yang oleh Wakil Gubernur Provinsi Bangka Belitung (BABEL) Abdul Fatah dikatakan akan menjadi ikon destinasi wisata lain di Bangka menyusul ikon-ikon yang sudah dan akan dikembangkan di provinsinya.

Sebelum ini, telah ada destinasi wisata religi Pagoda Nusantara, Puri Tri Agung untuk Agama Budha dan akan dibangun Mesjid Panglima Chengho serta dalam perencanaan Pura Hindu. Landscape TBS didesain oleh Sunaryo, seorang muslim dari Bandung, Jawa Barat.

“Tadi dikatakan oleh Pak Thomas yang juga anggota IKAL PPSA XXI, bahwa pembangunan taman ini berbasiskan dan sekaligus merawat lingkungan hidup. Konsep bumi atau ibu pertiwi sebagai Rumah Bersama ini perlu dijadikan gerakan seluruh Indonesia karena memang bumi merupakan rumah untuk siapa saja yang tinggal di dalamnya tanpa melihat suku, agama, ras atau kelompok tertentu. Bumi atau Ibu Pertiwi itu memberikan kehidupan, memberi makan, memberi minum bagi rakyat dan. Kalau bumi tidak dirawat lalu, kita makan apa. Salah satu faktor pemicu bencana alam antara lain adalah, kita manusia tidak merawat bumi ?” ujar Arif Wachjunadi.

Menurutnya, menyelamatkan lingkungan adalah hal utama yang harus dilakukan masyarakat Indonesia sekalipun sebagian orang menganggap pekerjaan sederhana. Merawat bumi itu merupakan pekerjaan sepanjang hidup manusia yang tidak pernah akan berhenti. Yang dilakukan sekarang baru akan dinikmati oleh generasi mendatang.

“Pewaris utama bumi Indonesia adalah anak cucu kita semua. Jika generasi sekarang, generasi kita semua yang hidup pada
saat ini tidak mampu merawat bumi pertiwi, tidak mampu mengarahkan generasi sesudahnya untuk merawat bumi, maka yang akan diwariskan kepada generasi penerus adalah bencana. Bumi Indonesia adalah bumi yang rawan bencana karena letaknya yang berada pada lingkaran api. Lha, agak aneh, jika hidup di bawah kondisi rawan bencana, masyarakat Indonesia tidak tersadarkan untuk memelihara bumi,” ujar Ketua Ikal PPSA XXI ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Asosiasi IUMKM Keluhkan Aturan Pinjaman Modal ke Bank

JAKARTA-Pemerintah telah menyiapkan dana yang cukup besar agar Usaha Mikro

Berharap Tumbuh 2 Digit, Presiden Apresiasi Peningkatan Kualitas Produk Furnitur

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi produk-produk furnitur Indonesia, yang