JAKARTA-PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan bahwa pada sisa tahun ini akan terdapat 15 perusahaan yang akan melakukan pencatatan perdana saham di Bursa, sehingga total emiten baru di 2022 akan mencapai 59 Perusahaan Tercatat atau melampaui target tahun ini sebanyak 55 Perusahaan Tercatat.
Perkiraan tersebut disampaikan oleh Direktur BEI, I Gede Nyoman Yetna usai pelaksanaan RUPS Luar Biasa BEI 2022 di Jakarta, Rabu (26/10).
“Sampai hari ini sudah ada 44 saham perusahaan yang tercatat. Saat ini ada 45 perusahaan di pipeline yang (instrumen) saham,” ujar Nyoman.
Dari 45 perusahaan di pipeline tersebut, jelas Nyoman, calon emiten yang sudah mendapatkan pra-efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebanyak 11 perusahaan.
“Kalau sudah mendapatkan pre-effective, ini probability untuk tercatat lebih tinggi,” tegasnya.
Selanjutnya, ungkap Nyoman, sebanyak empat perusahaan sudah mendapatkan izin prinsip untuk melaksanakan penawaran umum perdana saham (IPO).
“Sebanyak 15 perusahaan ini yang ada di pipeline, mudah-mudahan sudah siap akan tercatat,” katanya.
Sementara itu, lanjut dia, sebanyak 30 calon emiten saham yang saat ini ada di pipeline diharapkan akan menjadi Perusahaan Tercatat di 2023.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BEI, Iman Rachman menargetkan pencatatan Efek baru di 2023 mencapai 70 Efek, yang terdiri dari instrumen saham, obligasi korporasi dan Efek lainnya yang meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan Efek Beragun Aset (EBA).
Seperti diketahui, untuk sepanjang 2022, BEI menargetkan pencatatan Efek baru sebanyak 68 Efek, dengan realisasi per Oktober 2022 sebanyak 51 Efek.
Adapun target emiten baru untuk instrumen saham sebanyak 55 Perusahaan Tercatat dan realisasinya hingga saat ini sebanyak 44 Perusahaan Tercatat.