Oleh: Saiful Huda Ems
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mengagumi seseorang.
Dan kekaguman itu semakin menguat manakala kita semakin hari semakin mengetahui informasi positif tentang dirinya atau figur yang kita kagumi.
Sayangnya kadang kita terjebak hanya pada satu informasi yang kebetulan positif tentang dirinya.
Dan tidak mengetahui informasi lain yang berbeda tentang dirinya, hingga informasi yang kita terima tentang sosok yang kita kagumi tersebut tidak berimbang.
Dari sinilah kemudian fanatisme berlebihan pada figur yang kita kagumi itu semakin menguat, lalu kita tanpa terasa tiba-tiba terjatuh pada kultus individu.
Kalau sudah demikian biasanya kita menutup mata untuk mengetahui atau mempelajari sosok lainnya yang bisa jadi lebih baik darinya.
Setiap kritik dari orang lain yang ditujukan pada figur yang kita kagumi lalu kita anggap sebagai ujaran kebencian, kemudian berkembanglah menjadi permusuhan antara kita dengan orang lain yang memiliki sendiri kekaguman pada sosok lainnya di luar yang kita kagumi.
Jika keadaan seperti ini kita teruskan, maka selamanya kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang besar dan memiliki tenggang rasa, saling hormat menghormati satu sama lain dalam perbedaan, sedangkan yang namanya persepsi manusia itu selamanya tidak akan pernah selalu sama, searah.
Pilpres 2024 haruslah kita jadikan momentum untuk duel gagasan dan bukan duel fanatisme kekaguman.
Pilpres 2024 haruslah kita jadikan momentum untuk saling berbagi informasi positif, dan membedah serta mengkaji pemikiran dan sepak terjang masing-masing calon pemimpin nasional, agar kita sama-sama lebih berkembang pengetahuan, kecerdasan dan kedewasaannya.