BI Sebut Kondisi Perbankan Nasional Tahan Risiko

Friday 11 Dec 2015, 4 : 41 pm
by
rGubernur BI, Agus Martowardoyo/dok sayangi.com

JAKARTA-Sektor perbankan nasional yang merupakan industri dengan porsi aset keuangan terbesar di Indonesia, masih memiliki ketahanan yang cukup untuk menyerap potensi risiko yang timbul. Hasil stress test likuiditas kondisi perbankan nasional semua dalam kondisi baik, terutama untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas. “Secara umum berdasarkan kajian kita seperti yang ditampilkan kali ini, kita melihat kondisi perbankan yang masih baik. Dan ternyata dikonfirmasi lembaga lain, seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), mereka melihatnya juga sama,” ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardoyo di Jakarta, Jumat (11/12).

Dia menjelaskan, hasil stress test BI ini sangat menggembirakan. Indikator ini sangat positif sekaligus pertanda peran utama perbankan dalam pertumbuhan perekonomian sangat besar dan dominan. “Dilihat dari rasio kecukupan modal masih di atas 20 persen dan rasio kredit bermasalah juga masih baik, di bawah 3 persen,” imbuhnya.

Akan tetapi, kondisi eksternal masih menjadi tantangan dunia perbankan nasional. Antara lain dampak dari akan adanya kenaikan The Fed Fund Rate.

Untuk itu di 2016 nanti, kata dia, kebijakan antisipasi yang paling penying adalah normalisasi kebijakan The Fed. Walaupun suku bunga acuan perbankan Amerika Serikat itu kenaikannya dilakukan secara bertahap, tetapi berdampak besar. “Yang kami pegang sekarang ini kan di tahun 2015 masih di angka 0,25 persen, terus di 2016 akan di level 1,25 persen, dan di 2017 akan di angka 2,65 persen. Jadi meningkatnya secara gradual,” tutur dia.

Dengan kondisi tersebut, BI akan antisipasi seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari kenaikan The Fed Fund Rate itu. “Dampaknya berapa besar tentu nanti akan dilihat, tapi ini risiko yang akan kita hadapi. Risiko lainya adalah harga-harga komoditi yang masih melemah seiring perlambatan ekonomi Tiongkok,” lanjutnya.

Kebijakan BI ini didukung oleh ekonomist Mandiri Sekuritas, Leo Putera Rinaldy.

Menurutnya, saat ini hingga akhir tahun, BI masih akan menunggu dampak dari kenaikan The Fed Fund Rate. Karena kemungkinan besar akan ada capital outflow. Dengan kondisi itu, maka ia memprediksi, suku bunga acuan perbankan atau BI Rate tidak ada ruang untuk diturunkan. “Dengan kondisi yang terjadi, pada 17 Desember nanti (saat RDG penentuan BI Rate) tidak ada ruang BI Rate turun. Memang dari sisi perekonomian domestik sudah membaik, tapi di eksternal masih belum,” tutur dia.

Sehingga, kemungkinan BI Rate diturunkan, jelasnya, akan terjadi di kuartal pertama 2016. Pasalnya, di kuartal ketiga itu, BI sudah melihat dampak dari kebijakan The Fed itu dan juga perekonomian nasional sudah mulai membaik. “Jadi, kuartal pertama tahun depan suada ada ruang (BI Rate turun). Apalagi ekonomi membaik, karena beberapa proyek pemerintah yang merupakan government spending sudah mulai jalan,” tandas dia. (TMY)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

AS Tak Tunda Pemilu Hanya Gara-Gara Pandemi Covid-19

JAKARTA-Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mengungkapkan belum ada negara

OJK Buka Galeri Investasi BEI di Universitas Nusa Nipa Maumere NTT

MAUMERE-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong perluasan program Inklusi Keuangan