Dampak Kenaikan Harga BBM Positif

Senin 6 Mei 2013, 6 : 10 pm
by

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) memperkirakan rencana pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi berdampak positif dalam kurun waktu satu tahun kedepan. Kebaikan BBM bersubsidi ini diyakini mampu menciptakan surplus neraca pembayaran dan penguatan nilai tukar rupiah. “Dampak kenaikan harga BBM jangan dilihat dari jangka pendek dua-tiga bulan, karena dampaknya pasti negatif dengan adanya inflasi,” kata Gubernur BI, Darmin Nasution di Kantor Menteri Dalam Negeri Jakarta, Senin (6/5).

Menurut Darmin, jika memandang kenaikan harga BBM bersubsidi dalam jangka waktu panjang, justru dampak positifnya akan lebih besar. Bahkan, lanjut dia, dalam waktu setahun atau dua tahun, kebijakan tersebut akan terus mengarah pada surplus neraca pembayaran dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. “Dalam jangka lebih panjang setahun atau dua tahun, maka dampaknya itu baik. Misalnya, neraca pembayaran akan terus membaik, sehingga tekanan terhadap nilai tukar rupiah bisa berkurang dan persepsi dari pasar akan berkurang atau menjadi baikn” paparnya.

Dengan demikian, jelas Darmin, ketika mengkaji kenaikan harga BBM perlu untuk membedakan dampak yang akan muncul secara jangka pendek dan panjang. “Artinya, kalau setahun atau lebih, dampaknya akan bagus. Tetapi, kalau dilihat dua atau tiga bulan, tentu tidak terhindarkan dampak negatifnya. Itu dinamika masalah ekonomi, dua atau tiga bulan berpengaruh negatif, habis itu ada adjustment,” tutur Darmin.

Sejauh ini, tegas dia, BI telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk menyikapi keputusan pemerintah soal pengendalian konsumsi BBM. Selain itu, tambah dia, ada juga kebijakan BI yang mengacu pada respons masyarakat dalam menghadapi kebijakan pemerintah nantinya. “Artinya, bagaimana besarnya inflasi dua-tiga bulan pasti akan mempengaruhi bagaimana BI membuat krbijakan. Tentu kenaikan BBM kan akan menaikkan inflasi, cuma seberapa besarnya kami mempunyai perkiraan itu.  Tetapi, kenaikan harga BBM itu bukan sesuatu yang mengkhawatirkan dalam jangka waktu dua tiga bulan,” terang Darmin.

Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih mengatakanlambatnya pemerintah mengambil keputusan membuat suplai  solar langkah dan terus memberi tekanan inflasi yang tidak perlu. Kenaikan harga sudah terjadi untuk mengantisipasi kenaikan (first round effect), pada saat diumumkan akan naik lagi (second round effect).

Pengalaman kenaikan Maret 2005 sebesar 29% rata-rata membuat tekanan inflasi sebesar 2% pada bulan Maretsebagai inflasi tertinggi, tetapi dalam dua bulan kemudian kembali netral.

Sedangkan BI memperkirakan tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM menyeluruh ini sekitar 1,6%.  “Dengan kemungkinan kenaikan harga BBM subsidi ini kami perkirakan angka inflasi tahun 2013 bisa melonjak menuju 6% dari  perkiraan sebelumnya 5,5%, dan suku bunga BI rate bisa naik hingga 50 bps menjadi 6,25% dari perkiraan awal 5,75%,” pungkas dia.

 

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

VPI: Jakarta Butuh Pemimpin Berwawasan Kebangsaan

JAKARTA-Vox Point Indonesia (VPI) menyampaikan sejumlah kriteria bagi seorang pemimpin

Olga Lydia: Antara Panggung Selebritas dan Sosial

Sosok aktris cantik Olga Lydia tidak asing lagi di panggung