Silmy Karim mengemukakan konsumsi baja nasional masih sekitar 50 kilogram per kapita per tahun, cukup rendah jika dibandingkan Korea Selatan yang mencapai sebanyak 1.100 kilogram per kapita per tahun.
“Bahkan jika dibandingkan Singapura dan Malaysia, kita masih satu per enam-nya mereka,” katanya.
Silmy Karim berharap gencarnya pembangunan di Indonesia turut serta membantu menyehatkan industri baja nasional sehingga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Maka itu diperlukan regulasi yang mendukung bagi industri baja.
“Kalau andalkan impor, neraca dagang kita akan tertekan. Akhirnya rupiah ikut tertekan. Makanya harus persiapkan regulasi agar industri baja ini bisa swasembada untuk kurangi tekanan impor,” katanya.