Oleh: Mohamad Guntur Romli
Sejak kemarin, ramai dibahas di media, soal wacana penggabungan Ganjar dan Prabowo.
Dan yang paling semangat membahas ini datang dari dua pihak:
Pertama, kubu Anies yang khawatir akan langsung head to head dengan kubu Ganjar dan kubu Prabowo seandainya bisa bersatu, kemudian mereka mulai memframing akan ada kolisi rakyat Vs koalisi kekuasaan.
Padahal merekalah koalisi antitesa Jokowi, sekaligus antitesa rakyat, karena rakyat masih menginginkan program-program Jokowi diteruskan, bukan diubah-ubah oleh kubu Perubahan Anies-Imin, apalagi dihentikan.
Kedua, kubu Prabowo yang mau “merendahkan” dan “menghina” Ganjar dan PDI Perjuangan dengan usulan memasang sebagai Cawapres Prabowo.
Ini usulan paling licik setelah kubu Prabowo mencatut foto dan nama Gibran salah satu kader terbaik PDI Perjuangan sebagai cawapres Prabowo.
Dan Mas Gibran dengan tegas sudah menolaknya.
Bahwa keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Hj Megawati Soekarnoputeri, tanggal 21 April 2023 adalah Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden yang diusung oleh PDI Perjuangan yang memiliki “golden ticket” yang bisa mengajukan pasangan Capres dan Cawapres tanpa berkoalisi dengan partai-partai yang lain.
Meskipun demikian dalam perjalanan dan dinamika pencapresan Ganjar Pranowo, PDI Perjuangan telah membuka komunikasi dengan semua parpol dan telah membangun bekerjasama dengan PPP, Perindo dan Hanura.
Hj Megawati adalah seorang “leader” bukan “dealer”, seorang pemimpin ideologis yang sangat serius dan konsisten memikirkan nasib rakyat dan bekerja demi kepentingan rakyat.
Dan Hj Megawati bukan pengasong politik kepentingan yang sibuk berdansa-dansa dengan menjadikan rakyat sekedar penontonnya, atau menggelar drama “turun gunung”.
Sesuai “Khittah”nya PDI Perjuangan merupakan alat perjuangan rakyat bukan “alat negoisasi politik kepentingan”.
Komentari tentang post ini