Oleh: Saiful Huda Ems
Pada awalnya, ia hanyalah seorang tukang kayu di sebuah daerah yang hidupnya sangat sederhana.
Sampai kemudian seorang putri proklamator memberinya kepercayaan untuk menjadi Walikota di daerahnya.
Kedekatannya pada masyarakat kecil membuat namanya populer hingga ke Ibu Kota.
Diapun kemudian dipercayai lagi oleh putri proklamator itu untuk menjadi Gubernur di Jakarta, yang membuat namanya semakin populer.
Putri proklamator itu sangat menyayanginya, bahkan dianggapnya sudah seperti putranya sendiri.
Terlebih ketika ia mulai terlihat mampu mengimplementasikan pikiran-pikiran Sang Proklamator.
Diapun dipercaya lagi untuk menjadi Calon Kepala Negara dan terpilih hingga dua kali.
Putri Proklamator itu sangat bangga padanya, sebelum pada akhirnya Putri Proklamator itu mengetahui perubahan sikapnya yang tiada seorangpun menduganya.
Sanjungan demi sanjungan yang datang padanya membuatnya lupa diri dan kesombongannya kian membumbung tinggi, seolah merasa tiada seorangpun di negeri ini yang akan sanggup mengungguli kehebatan dirinya dalam berpolitik dan mengurus negara.
Dia sama sekali tidak pernah mau mengerti dan menyadari, bahwa ia menjadi hebat bukan semata karena dirinya, melainkan karena dukungan kuat dari Sang Putri Proklamator dan semua kader-kader partainya yang sangat militan.
Para penjilat yang mengerumuninya semakin hari semakin banyak, mulai dari mereka yang menginginkan proyek dan jabatan, sampai mereka yang menginginkan perlindungan setelah ketahuan melakukan korupsi dan berurusan dengan penegak hukum.