Hafiz: Darmin Over Optimis Soal Pertumbuhan 5,2%

Kamis 6 Okt 2016, 9 : 06 am

JAKARTA-Kalangan DPR mengkritisi sikap Menko Perekonomian Darmin Nasution yang dianggap terlalu ambisius dengan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 5,2%. Seharusnya pemerintah lebih realistis mematok pertumbuhan, dengan melihat data-data lapangan. “Ya, Darmin terlampau over optimis tapi tidak cukup didukung kondisi yang ada,” kata Wakil Ketua Komisi XI DPR Ahmad Hafiz Tohir kepada wartawan di Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Melihat kondisi fiskal yang masih ketat, lanjut anggota F-PAN, DPR justru meragukan ekonomi bisa melesat kencang seperti yang dibayangkan. “Saya tidak yakin ekonomi akan tumbuh 5.2% seperti yang disampaikan Pak Darmin Nasution. Paling ekonomi akan tumbuh di 5.0%,” ungkapnya.

Menurut Mantan Ketua Komisi VI DPR ini, kalau digenjotpun maksimal pertumbuhan hanyan sekitar 5.1%. “Itupun dengan syarat Tax Amnesty Setorkan uang Rp165 triliun ke cash negara,” terangnya lagi.

Sebelumnya Menko Perekonomian Darmin Nasution sangat optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 tetap sesuai dengan asumsi dalam APBN Perubahan 2016, yaitu sebesar 5,2%. Walaupun banyak pihak yang meragukan hal tersebut.

Seperti Bank Dunia (World Bank) yang memproyeksikan ekonomi Indonesia lebih rendah 0,1% dari yang dibayangkan tahun ini, yaitu 5,1%.

“Ya biar saja (proyeksi bank dunia) turun lagi. Kita masih tetap sama tahun ini,” tegasnya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/10/2016).

Bila berdasarkan komposisinya, lanjut Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) pendorong pertumbuhan ekonomi tetap akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Di samping juga ada peningkatan dari investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI). “FDI itu umumnya infrastruktur, sektor-sektor ada, tapi paling banyak infrastruktur,” ujarnya.

Khusus untuk sektor pertambangan, Darmin menilai belum banyak perubahan. Meskipun harga komoditas sudah mulai sedikit peningkatan sejak awal tahun. Kuartal II-2016, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan negatif 0,76%. “Ya pokoknya kalau dari globalnya belum banyak,” imbuhnya.

Darmin menambahkan, tahun depan kondisi akan banyak perubahan secara sektoral. Terutama pada sektor manufaktur. Beberapa kebijakan tengah dirancang agar sektor tersebut bila menanjak di tahun – tahun berikutnya.

Dua kebijakan penopang sektor manufaktur adalah penurunan harga gas untuk industri yang ditargetkan bisa turun di bawah US$ 6 per MMBtu dan pelatihan khusus bagi tenaga kerja. Dengan demikian, tahun depan pertumbuhan ekonomi bisa digenjot lebih tinggi. “Manufaktur juga mungkin kalau tahun ini kan belum lah, kalau tahun depan ya bisa, setelah mengurusi SDM dan harga gas, itu manufakturnya akan membaik,” paparnya. ***

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hari Ke-2 TEI 2015, Kontrak Dagang Capai USD 40,5 Juta

JAKARTA-Para buyer mancanegara semakin gencar mengincar produk Indonesia. Memasuki hari

Angka Kaum Premium di Asia Pasifik Tumbuh 1,6%

JAKARTA-Persebaran kaum premium di dunia kini kian dinamis. Semakin banyak