Investasi Tak Harus dengan Dana Besar

Friday 5 Jun 2015, 4 : 51 pm
by
Presiden Direktur PT MAMI , Legowo Kusumonegoro

JAKARTA-Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, mengatakan potensi defisit imbal hasil sebesar 6,6% per tahun di Indonesia timbul akibat biaya beragam tujuan keuangan mengalami kenaikan sebesar rata-rata 11,1% per tahun selama lima tahun terakhir. Sementara imbal hasil dari portofolio investasinya sebesar rata-rata 4,5% per tahun pada periode yang sama. “Dana sebesar Rp 100.000 yang diinvestasikan pada saat ini berpotensi untuk tumbuh menjadi sekitar Rp 155.000 dalam waktu 10 tahun ke depan. Namun, apabila biaya dari lima tujuan keuangan di Indonesia pada saat ini misalnya sebesar Rp 100.000, maka dalam 10 tahun ke depan biaya tersebut akan tumbuh menjadi hampir Rp 290.000,” jelas Legowo di Jakarta, Jumat (5/6).

Dari gambaran tersebut jelasnya terlihat ada potensi defisit sebesar lebih dari Rp 130.000. Defisit ini mungkin tampak mudah untuk dikelola. Akan tetapi, dalam waktu sepuluh tahun naik sebesar lebih dari empat kali lipat menjadi sekitar Rp 580.000 dan kemudian naik lebih dari tiga kali lipat lagi menjadi sekitar Rp 2.000.000 pada dekade ketiga.

Karena itu, investor harus benar-benar mempertimbangkan investasi, terutama karena dana untuk masa pensiun menjadi salah satu tujuan keuangan mereka. Laporan Manulife Asset Management mengungkapkan bahwa penyebab utama defisit adalah jumlah dana tunai yang sangat tinggi dalam portofolio para investor. Berdasarkan survei, masyakarat Indonesia rata-rata menyimpan 48% dari total aset mereka pada dana tunai dan dalam mata uang Rupiah. Angka ini merupakan yang tertinggi diantara seluruh negara yang disurvei. “Indonesia tidak sendirian,” jelasnya.

Berdasarkan survei, responden di Asia mengalokasikan 37% dari aset mereka pada dana tunai dalam mata uang lokal dan 5% lainnya disimpan dalam mata uang asing. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan dana tunai menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan investor dalam mencapai imbal hasil yang sesuai atau melebihi pertumbuhan biaya lima tujuan keuangan yang utama. Di Indonesia, berdasarkan temuan, mata uang lokal dapat memberikan imbal hasil rata-rata sekitar 5% per tahun dalam lima tahun terakhir. “Sementara pasar saham di Indonesia dapat memberikan imbal hasil rata-rata sebesar lebih dari 14% per tahun pada periode yang sama,” imbuhnya.

Menurut Legowo, memindahkan sebagian porsi dana tunai ke dalam aset lainnya yang dapat bekerja secara lebih efisien, seperti ke pasar saham atau pendapatan tetap, dapat mengurangi pontensi defisit secara signifikan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya memang cukup sulit untuk dilakukan oleh masyakarat, mengingat, hanya 22% masyarakat Indonesia yang mengenal pasar modal “Menurut kami, mendidik masyarakat Indonesia mengenai manfaat dan potensi industri keuangan merupakan cara terbaik untuk menghadapi potensi defisit imbal hasil yang kita hadapi saat ini. Satu hal yang menarik untuk dicermati dari temuan kami, yaitu dengan memindahkan 50% dari simpanan dana Rupiah yang diam di tabungan/deposito ke dalam saham lokal hampir dapat menghapus potensi defisit dari 6,6% per tahun menjadi sekitar 0,5% per tahun,” ucapnya.

Mengingat saat ini tingkat pemahaman masyarakat terhadap pasar modal masih rendah, investor dapat mempertimbangkan untuk menggunakan reksa dana sebagai sebuah kendaraan investasi yang memanfaatkan potensi pasar modal, yang di dalamnya juga terdapat saham maupun pendapatan tetap, dan dikelola oleh para professional yang telah berpengalaman dalam mengelola investasi di pasar modal,” ujarnya.

Legowo melanjutkan, investasi tidak harus dengan dana yang besar. Bahkan, dengan berinvestasi di reksa dana, investor dapat berinvestasi secara rutin setiap bulan. “Dalam menghadapi potensi defisit imbal hasil, setiap kali kita mendapatkan penghasilan tambahan, seperti bonus, sebaiknya langsung diinvestasikan untuk memaksimalkan kekuatan imbal hasil majemuk,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

CNAF Menyelenggarakan Khitanan Massal di Cianjur

CIANJUR-Mencatat kinerja yang cukup baik dalam bisnis pembiayaan, tak membuat

Bank OCBC NISP Gelar Networking Event

JAKARTA-Bank OCBC NISP menggelar Networking Customer Gathering pada Rabu (5/6)