KADIN Sarankan Agus Marto Tiru Gaya Darmin

Tuesday 13 Oct 2015, 5 : 00 pm
by

JAKARTA-Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo disarankan untuk mengikuti kebijakan Gubernur BI sebelumnya Darmin Nasution yang saat ini sebagai Menko Perekonomian. Darmin disebut sebagai Gubernur BI yang pro pembangunan dan berpihak pada sektor rill dengan mengedepankan suku bunga (BI Rate) rendah. Di era Darmin suku bunga pernah dipatok 5,75 persen. Sementara era Agus Marto justru BI Rate pernah nongkrong di 7,75 persen, meski sekarang di angka 7,5 persen.

Saran ini disampaikan oleh Anggota Dewan Penasihat Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Soy Martua Pardede ketika ditemui di Jakarta, Selasa (13/10).

Menurut Soy, dengan kondisi suku bunga tinggi justru membuat sektor perbankan menjadi manja. “Jangan perbankan itu dibiarkan manja hanya mengamankan dirinya saja. karena dengan suku bunga tinggi membuat bank jadi manja. Ini yang selalu dilakukan Gubenur BI (Agus Marto),” ujarnya.

Dalam analisanya, kebijakan Agus itu tak lepas dari latar belakangnya yang berasal dari bank komersial. Kabarnya, kebijakan Agus ini dengan menaikkan suku bunga itu bisa mengamankan kurs. Lalu, mengamankan kurs itu untuk kepentingan siapa? Kata Soy, memang betul demi kepentingan negara karena negara itu punya utang luar negeri. Tapi di balik itu, Soy mensinyalir  ada kepentingan lain untuk mengamankan posisi perbankan. “Karena perbankan kita rata-rata sudah punya long position terhadap dollar AS atau valas. Sehingga kalaupun rupiah jatuh dan dollar menguat, ya bank untung. Justru yang bermaslah adalah industri manufaktur yang harus mengimpor bahan baku dan barang modal,” kritik dia.

“Mestinya Agus melihat ke Pak Darmin. Dia  itu sangat pro pembangunan dan sektor riil makanya dia patok suku bunganya itu rendah. Dan Pak Jokowi juga maunya suku bunga rendah. Seperti saat ini suku bunga KUR diturunkan,” imbuhnya.

Untuk itu dimenyarankan hingga akhir tahun BI Rate terus diturunkanI sampai 7 persen. Dimulai dengan menurunkan 0,25 persen. Tapi memang dia sendiri mengakui dalam menurunkan suku bunga itu mesti hati-hati karena berdampak pada psikologi pasar. “Tapi tetap psikologi pasar itu harus dijaga. Agar jangan sampai ada valas yang lari. Makanya, turunnya suku bunga itu harus dijaga melalui kebijakan pengendalian inflasi. Itu memang perannya pemerintah,” jelas Soy.

Selama ini, Agus Marto selalu mengatakan, karena inflasi tinggi maka suku bunga tinggi. Akan tetapi, Soy mempertanyakan apakah hanya itu alasannya? Justru ketika dikaitkan dengan Net Interest Margin (NIM) atau marjin bunga bersih, suku bunga tinggi memengaruhi NIM yang lebar. Dengan begitu perbankan nasional hanya mengharapkan dana dari luar negeri yang memanfaatkan NIM yang lebar itu. “Siapa pun investasi ke perbankan atau lembaga keuangan Indonesia lain akan menikmati NIM yang lebar itu. Tapi dari sisi perbankan, ini pertanda bahwa perbankan kita belum efisien,” pungkas Soy. (TMY)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Dorong UMKM Go Digital, Kemendag Kembangkan Tenaga Fasilitator Edukasi E-Commerce

MAKASSAR– Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan tingkat literasi digital dan pemanfaatan

Penyaluran Kredit Bank BTPN Tumbuh 7% pada 2023

JAKARTA – PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) mencatatkan peningkatan