Kembangkan Bahan Baku Obat, KAEF Gandeng Perusahaan Korea

Wednesday 17 Feb 2021, 5 : 14 pm
by
beban pokok penjualan KAEF di paruh pertama 2021 meningkat menjadi Rp3,7 triliun dari Rp2,9 triliun di periode yang sama 2020. Sehingga, laba bruto di Semester I-2021 menjadi Rp1,86 triliun.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk

JAKARTA-PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) mengumumkan, perseroan bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, Sung Wun Pharmacopia Co Ltd untuk mengembangkan bahan baku obat (BBO) domestik dalam upaya mengurangi ketergantungan produk impor.

“Kimia Farma menjalin kerjasama dengan perusahaan dari Korea Selatan, yaitu Sung Wun Pharmacopia yang memiliki kapabiltas riset pengembangan BBO, serta memberikan kesempatan bagi para SDM kami untuk memperoleh transfer knowledge dan technology dalam pengembangan dan produksi BBO,” kata Direktur Utama KAEF, Verdi Budidarmo, Jakarta, Rabu (17/2).

Dia menyebutkan, guna mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri farmasi maupun alat kesehatan di dalam negeri, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 yang antara lain fokus pada pengembangan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural dan active pharmaceutical ingredients (API) kimia.

Verdi menyatakan, pemerintah juga telah membentuk Holding BUMN Farmasi di awal 2020 dengan menetapkan PT Bio Farma (Persero) sebagai induk holding, serta KAEF dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) sebagai anak usaha holding.

Pembentukan holding ini untuk menguatkan kemandirian industri farmasi melalui fokus area pengembangan BBO meningkatkan ketersediaan produk dan menciptakan inovasi bersama produk farmasi serta menurunkan impor bahan baku farmasi.

Dia berharap, pembentukan holding bisa menurunkan impor API yang saat ini lebih dari 95 persen BBO masih diimpor

Kimia Farma sudah membangun fasilitas produksi BBO di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dan sudah memilki sertifikasi Cara Pembuatan Bahan Baku Obat yang Baik dari Badan POM.

Pengembangan BBO ahan dilakukan sesuai prioritas kebutuhan nasional yang pada 2020 berhasil memproduksi sembilan item BBO.

Selain sertifikasi dari Badan POM, lanjut Verdi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah memberikan sertifikasi halal atas produk BBO, dalam upaya mengantisipasi implementasi UU Jaminan Produk Halal.

“Kami berharap ada penurunan impor BBO hingga 23 persen di 2024 dan terus melakukan pengembangan BBO lainnya,” ucap Verdi.

Dia mengungkapkan, industri BBO terbilang masih baru di Indonesia, sehingga terdapat tantangan dalam pengembangannya, seperti aspek skala ekonomi, teknologi, SDM dan regulasi.

“Sebagai start up industry tentunya diperlukan dukungan seluruh pihak dalam menyelesaikan tantangan industri BBO, sehingga kemandirian industri BBO ini dalam upaya mengurangi ketergantungan impor BBO farmasi dan penguatan industri farmasi dalam negeri,“ kata Verdi.

Ipotnews – PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) mengumumkan, perseroan bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, Sung Wun Pharmacopia Co Ltd untuk mengembangkan bahan baku obat (BBO) domestik dalam upaya mengurangi ketergantungan produk impor.

“Kimia Farma menjalin kerjasama dengan perusahaan dari Korea Selatan, yaitu Sung Wun Pharmacopia yang memiliki kapabiltas riset pengembangan BBO, serta memberikan kesempatan bagi para SDM kami untuk memperoleh transfer knowledge dan technology dalam pengembangan dan produksi BBO,” kata Direktur Utama KAEF, Verdi Budidarmo, Jakarta, Rabu (17/2).

Dia menyebutkan, guna mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri farmasi maupun alat kesehatan di dalam negeri, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 yang antara lain fokus pada pengembangan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural dan active pharmaceutical ingredients (API) kimia.

Verdi menyatakan, pemerintah juga telah membentuk Holding BUMN Farmasi di awal 2020 dengan menetapkan PT Bio Farma (Persero) sebagai induk holding, serta KAEF dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) sebagai anak usaha holding.

Pembentukan holding ini untuk menguatkan kemandirian industri farmasi melalui fokus area pengembangan BBO meningkatkan ketersediaan produk dan menciptakan inovasi bersama produk farmasi serta menurunkan impor bahan baku farmasi.

Dia berharap, pembentukan holding bisa menurunkan impor API yang saat ini lebih dari 95 persen BBO masih diimpor.

Kimia Farma sudah membangun fasilitas produksi BBO di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dan sudah memilki sertifikasi Cara Pembuatan Bahan Baku Obat yang Baik dari Badan POM.

Pengembangan BBO ahan dilakukan sesuai prioritas kebutuhan nasional yang pada 2020 berhasil memproduksi sembilan item BBO.

Selain sertifikasi dari Badan POM, lanjut Verdi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah memberikan sertifikasi halal atas produk BBO, dalam upaya mengantisipasi implementasi UU Jaminan Produk Halal.

“Kami berharap ada penurunan impor BBO hingga 23 persen di 2024 dan terus melakukan pengembangan BBO lainnya,” ucap Verdi.

Dia mengungkapkan, industri BBO terbilang masih baru di Indonesia, sehingga terdapat tantangan dalam pengembangannya, seperti aspek skala ekonomi, teknologi, SDM dan regulasi.

“Sebagai start up industry tentunya diperlukan dukungan seluruh pihak dalam menyelesaikan tantangan industri BBO, sehingga kemandirian industri BBO ini dalam upaya mengurangi ketergantungan impor BBO farmasi dan penguatan industri farmasi dalam negeri,“ kata Verdi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

IRI Diyakini Dapat Menjaga Kedaulatan Indonesia

JAKARTA-Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) mendukung pembentukan Indonesia Raya Incorporated

Kemenperin Optimalkan Anggaran Rp 2,87 Triliun

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mengoptimalkan realisasi anggaran sebesar Rp2,87 triliun