Mata Uang Dunia Tertekan Dollar AS

Wednesday 6 Nov 2013, 3 : 00 pm
by

JAKARTA-Indikator sektor pelayanan AS menguat melebihi ekspektasi di bulan Oktober. Dari ekspektasi pasar yang hanya sebesar 54, data yang diumumkan malam tadi mencapai 55.4. Hal ini memicu penguatan dollar AS yang berlanjut sampai Rabu pagi (6/11). Dollar Index naik 0.19% ke level 80.706 sampai dini hari tadi. Aksi jual juga meliputi pasar saham dan pasar obligasi. Dow Jones terpangkas 0.13% sementara tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS 10thn naik 4.78bps ke 2.670.

Analis Harian PT Samuel Sekuritas mengatakan mata uang utama dunia juga masih berada dalam tekanan penguatan dollar AS. Euro dan Australian dollar melemah sampai dini hari tadi. Sesaat sebelumnya, pelemahan juga terlihat merata di pasar saham Eropa. Indeks saham Jerman (DAX) dan juga Inggris (FTSE 100) mengalami pelemahan masing-masing 0.31% dan 0.25%.

Sesuai perkiraan tren pelemahan dollar AS terus berlanjut. Pasar global akan kembali fokus ke data AS kamis malam di mana angka PDB dan Jobless Claims diumumkan. Pengumuman data AS akan terus menarik perhatian investor sampai Jum’at malam di mana data Nonfarm Payrolls dan Unemployment rate diumumkan. Pasar memperkirakan data akan lebih buruk dari sebelumnya sehingga penguatan dollar sepertinya akan sedikit mereda di akhir minggu ini. Akan tetapi hari ini penguatan dollar masih akan terasa di pasar Asia. Rupiah diperkirakan melanjutkan pelemahannya bersama dengan indeks saham.

Sementara itu, pasar domestik akan fokus ke data PDB hari ini. Diperkirakan PDB Indonesia pada kuartal ke tiga akan melambat ke 5.5% y-y dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5.81% y-y. Perlambatan akan dipicu dari berbagai aspek kecuali pengeluaran pemerintah. Investasi akan melanjutkan perlambatannya seiring dengan pengetatan moneter oleh Bank Indonesia sementara Konsumsi Rumah Tangga juga akan tertekan oleh kenaikkan harga BBM pertengahan tahun ini. Sementara itu, walaupun secara riil ekspor mulai pulih, impor yang masih belum cukup lambat akan memberikan dampak negatif terhadap PDB secara keseluruhan.

Setelah angka inflasi dan neraca perdagangan diumumkan minggu lalu, angka PDB juga akan menjadi faktor penentu kebijakan Bank Indonesia yang akan mengumumkan suku bunga BI rate di minggu depan. Inflasi yang mereda dan PDB yang melambat akan menjadi alasan bagi BI tidak menaikkan BI rate lagi tahun ini. Akan tetapi peluang untuk BI rate turun tetap kecil mengingat masih lebarnya defisit perdagangan dan tren kenaikkan suku bunga di AS serta tingkat imbal hasil obligasi permerintah.

Pasar obligasi

Senin kemarin pasar obligasi berjalan flat dari pembukaan hingga akhir penutupan. Dikaitkan dengan liburnya Jepang, para pemain pasar menunggu pembukaan UST London di sesi siang. Yield sempet terangkat naik, terlihat di tenor panjang FR68 hingga 44 bps di harga 98.75 setelah London buka, namun respon terhadap pasar tetap berjalan lesu. Hingga 31 Oktober 2013, kepemilikan asing di pasar SUN mencatatkan peningkatan menjadi IDR318.11tn. Porsi ini meliputi 32.33% dari keseluruhan kepemilikan SBN yang dapat diperdagangkan. Yield obligasi termasuk sukuk masih dalam tren bearish terpengaruh dari global market yang masih khawatir  pemangkasan moneter oleh the Fed. (SSI Fixed Income Department

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Industri Nasional Harus Siap Hadapi Era Industry 4.0

JAKARTA-Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto mengingatkan kepada pelaku industri dalam

Gagal Sehatkan Bank, Izin Usaha BPR Lugano Dicabut OJK

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memutuskan untuk mencabut izin usaha PT