Maumere Siap Jadi Kota Jazz Internasional

Tuesday 30 Oct 2018, 10 : 24 am
tribunnews.com

JAKARTA-Montreux adalah sebuah kota kecil di Swiss. Suhu dingin membalut kota pegunungan yang dialiri danau Lacleman sepanjang 100 kilometer tersebut. Awalnya, kota ini tidak dikenal banyak orang. Tapi kini, kota tersebut telah menjadi daya tarik dunia. Ribuan turis tiap tahun ke kota itu. Apa daya tariknya? Berhasil menggelar Festival Jazz tiap tahunnya.
Hampir semua musisi dunia sudah pernah ke kota ini. Tahun ini, grup musik Musee dan Bon Jovi sempat singgah di kota dingin ini.

Selain Montreux, ada juga kota‎ Rotterdam yang terletak di provinsi Holland Selatan‎, Belanda. Rotterdam merupakan kota terbesar kedua di Belanda dan memiliki salah satu pelabuhan terbesar di dunia. Kota ini juga dikenal di dunia karena sukses menggelar festival jazz tahunan yang disebut North Sea Jazz in Rotterdam. Pengaggas Maumere Jazz Fiesta Flores (MJFF) Melchias Markus Mekeng ‎mengaku mendapat inspirasi dari dua kota tersebut. Dia ingin menjadikan kota Maumere sebagai kota jazz dunia seperti Montreux dan Rotterdam. “Kalau mereka berhasil, kenapa kita tidak. Maumere punya alam yang indah, lingkungan yang bersih, budaya yang masih orisinal. Montreux aja bisa dikenal seluruh dunia, padahal kota kecil di pegunungan. Maumere juga bisa seperti itu. Alam Maumere tidak kalah dengan Montreux dan Rotterdam,” kata Mekeng dalam siaran pers yang diterima wartawan di sela-sela konser MJFF di Grass Track Wairita, Maumere, Selasa (30/10/2018) .

Konser Maumere Jazz telah dilakukan dalam tiga tahun berturut-turut. Puluhan ribu penonton menyaksikan konser tersebut. ‎Konser dilakukan di sebuah bukit berlatar sunset, laut dan hamparan pulau yang mengelilingi kota Maumere. Konser yang mengangkat tema mengenai pelestarian lingkungan ini diorganisir oleh Yayasan Bapa Bangsa dan Warta Jazz. Sponsor utama adalah PT Gudang Garam ditambah sponsor lainnya seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, BCA, Pertamina, dan PLN. Mekeng yang saat ini menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar (PG) ini menjelaskan kunci agar Maumere bisa seperti Montreux dan Rotterdam adalah menggelar MJFF secara rutin. MJFF tidak boleh muncul-hilang karena akan kehilangan moment untuk dikenang sebagai kota Jazz.

Dia sendiri sudah memulai MJFF sejak tiga tahun lalu. Sejumlah musisi nasional didatangkannya tiap tahun. Dia bermimpi suatu waktu nanti, musisi luar negeri juga bisa terlibat dalam MJFF. “Ini tidak bisa kerja sendiri. Semua pihak harus terlibat, mulai Pemerintah ‎Daerah (Pemda) Kabupaten Sikka, Pemda Propinsi hingga Pemerintah Pusat. Pihak swasta juga terlibat. Apa yang saya lakukan ini haya pemicu aja,” ujar Mekeng.

Dalam pengamatannya, ‎masih banyak hal yang masih harus dilakukan agar kota Maumere berproses bisa seperti Montreux dan Rotterdam. Persoalan utama adalah penerbangan yang masih sulit dan mahal. Hingga saat ini, belum ada penerangan langsung dari Jakarta ke Maumere. Semua masih transit di Bali maupun Kupang. “Tiket juga masih sangat mahal. Pulang-pergi Jakarta-Maumere misalnya harus keluarkan uang Rp 4-5 juta. Itu baru sendiri. Gimana kalau bawa keluarga, sudah pasti sangat mahal. Ini yang harus diatasi oleh segenap pihak terkait,” tutur Mekeng yang merupakan putra asli kota Maumere ini.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur jalan, hotel dan restoran. Wisatawan tidak akan datang ke Maumere jika jalan-jalan menuju tempat wisata rusak dan hotel tidak tersedia. Transportasi juga mahal dan sulit dicari. “Yang tidak kalah pentingnya setiap tempat wisata harus ada tempat Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang bersih. Penginapan dan kuliner juga harus diperbanyak. Toko sovenier perlu dibangun. Itu semua harus disiapkan agar orang berwisata ke Maumere, ada cerita ketika pulang,” tutur Ketua Komisi XI DPR ini.

Dia menegaskan MJFF yang digagasnya hanya pendorong saja. Langkah selanjutnya, Pemda dan Pemerintah Pusat serta pihak swasta bisa bersinergi untuk membangun Maumere.
“Semakin banyak wisatawan masuk, pendapatan daerah akan meningkat. Kesejahteraan rakyat juga meningkat,” tutur Mekeng.

Salah satu musisi yang mengisi acara itu, Glen Fadly mendukung ide menjadikan Maumere sebagai kota jazz internasional. Dia juga mendukung agar pentas MJFF digelar tiap tahun. Namun dia berharap tidak hanya seremonial semata, tetapi benar-benar bisa membawa perubahan ekonomi masyarakat. “Ide menjadikan Maumere sebagai kota jazz internasional sangat luar biasa. Nah bagaimana even seperti ini bisa meningkatkan kehidupan masyarakat. Itu yang harus dikerjakan supaya tidak sekedar hanya seremonial,” ujar Glen.

Sama seperti Mekeng, dia mengingatkan jika ingin menjadi kota jazz internasional maka berbagai pembangunan infrastruktur harus dilakukan. Inftrastrktur-inftrastruktur dasar seperti jalan raya, bandara, dan tempat wisata harus dibangun modern. “Ini memang tidak mudah. Persoalannya adalah anggaran. Kalau dana ada maka semua mimpi itu bisa terwujud,” ujar Glen.

‎Ketua Penyelenggara MJFF Januarius G Goleng mengemukakan sejumlah artis nasional hadir meramaikan konser tersebut. Diantaranya Glenn Fredly, Gilang Ramadhan, Reza Artamevia, dan Andien. Kemudian kelompok unik yang merepresentasikan musisi dari Timur Indonesia yaitu Papua Orginal. Ada lagi para musisi yang aktif menggali kekuatan tradisonal yang tergabung dalam Komodo Project yaitu Ivan Nestorman, Adi Darmawan dan Krisna Prameswara. “Ada sekitar 20.000 penonton yang hadir. Ini konser buat masyarakat Maumere dan pencinta musik Jazz,” kata Januarius.

Menurutnya,  konser dilakukan ‎untuk menghibur dan mengenalkan budaya masyarakat Maumere ke masyarakat Indonesia dan ke dunia internasional. Even ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat Maumere dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pemerintah Batasi Jumlah Dana Pemda Yang Bisa Didepositokan

JAKARTA-Pemerintah merencanakan akan mengeluarkan aturan mengenai jumlah maksimal dana pemda

Kerja Sama ASEAN Bidang Metrologi Legal Diperkuat

BANDUNG-Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN  Consultative Committee for Standards