Mendag Bentuk “Koalisi Promosi Nasional” Tingkatkan Ekspor

Tuesday 28 Oct 2014, 7 : 36 pm
by

JAKARTA-Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyiapkan tiga langkah strategis untuk meningkatkan kinerja ekspor, neraca perdagangan dan stabilitas pasokan komoditas strategis di dalam negeri. Tiga langkah strategis tersebut yaitu menjaga stabilitas harga, menyeimbangkan neraca perdagangan, dan membangun atau membentuk “Koalisi Promosi Nasional”. “Ketiga masalah itu menjadi fokus kerja Kemendag secepatnya,” kata Rachmat seusai melakukan koordinasi dengan jajaran Kementerian Perdagangan di Jakarta, Senin (27/10).

Dalam pengamanan pasar dan menjaga stabilitas harga, Rachmat menjelaskan, pemerintah akan terus memantau keseimbangan antara supply dan demand agar ketersediaan barang terjaga dan harga terjangkau oleh masyarakat, sehingga inflasi tetap dalam batas yang aman. “Kami akan meminimalisir permasalahan logistik dan distribusi, serta mengefektifkan ‘war room’ sebagai sistem monitoring untuk harga harian,” ujarnya.

Menurutnya,  Kemendag  juga segera melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Daerah dan pelaku usaha, untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga. Selain itu, jika diperlukan, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyiapkan program intervensi untuk menciptakan sentimen pasar dalam menjaga stabilitas harga.

Rachmat menambahkan, langkah-langkah tersebut sekaligus sebagai antisipasi awal untuk menghadapi kemungkinan dampak dari rencana pemerintah mengurangi subsidi bbm (bahan bakar minyak) yang diperkirakan mulai 1 November 2014, serta antisipasi lonjakan kebutuhan masyarakat pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru. “Prinsipnya, pasokan barang ke masyarakat harus selalu tersedia dan harga bisa terjangkau,” tegasnya.

Sementara itu, guna mengatasi defisit neraca perdagangan, Rachmat menjelaskan, Kemendag akan mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor.

Pembentukan “Koalisi Promosi Nasional” adalah untuk menyatukan visi-misi promosi yang selama ini terpecah di berbagai lembaga. Tujuannya sebagai forum kordinasi antarinstansi kementerian, terkait upaya menciptakan produk Indonesia yang unggul di pasar global. “Berbagai masukan untuk memetakan persoalan dan usulan-usulan akan kami tampung dan segera diformulasikan sebagai langkah strategis yang efektif. Harapannya, kita dapat sesegera mungkin meminimalkan masalah dan memberdayakan potensi yang ada untuk mempertahankan, bahkan segera meningkatkan ekspor,” katanya.

Untuk itu, Rachmat mengungkapkan, atas inisiatif  Kemendag akan dibentuk suatu forum yang akan berkoordinasi dalam menggalang kekuatan antarinstansi dalam upaya peningkatan ekspor nonmigas.

Sementara itu, dalam rangka memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai 31 Desember 2015, Rachmat menegaskan, mulai tahun depan Indonesia harus agresif “menyerang” pasar-pasar ASEAN dengan produknya yang berdaya saing tinggi.

Selama Januari-Agustus 2014, berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN khususnya untuk nonmigas masih mengalami defisit sebesar USD 0,26 miliar. Total ekspor nonmigas nasional ke negara-negara anggota ASEAN mencapai USD 20,27 miliar, sedangkan impor nonmigas sedikit lebih tinggi yaitu sebesar USD 20,53 miliar.

Untuk mengamankan pasar dalam negeri dari serangan produk impor, terutama barang konsumsi, akan dioptimalkan seluruh perangkat yang ada seperti kebijakan anti dumping, anti subsidi, pengamanan perdagangan (safeguard), tata niaga, serta perangkat lain termasuk bea masuk.

Tantangan lain yang dihadapi adalah defisit neraca perdagangan, yang sampai saat ini masih mengalami defisit, namun nilai defisitnya lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Ke depan, ekspor nonmigas harus lebih ditingkatkan guna menutup defisit dari impor minyak.

Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang berada di luar negeri harus bekerja keras membantu pengusaha mendapatkan pasar ekspor dengan menjadi “sales” bagi produk-produk Indonesia, melakukan promosi perdagangan yang tepat di negara-negara yang membutuhkan produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi, di samping membuka peluang-peluang pasar baru.

Kerja sama dengan instansi terkait seperti Kementerian Perindustrian dan Kementerian Luar Negeri menjadi sangat penting untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia di tahun-tahun mendatang agar tidak terjadi defisit kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Wapres Tolak Rupiah Disebut Buruk

 JAKARTA-Kondisi rupiah yang terus bergejolak tidak lebih bagus dibanding negara

Mayoritas DPD dan DPC Tetap Setia Kepada OSO

JAKARTA-Sejumlah DPD Provinsi-provinsi besar di Pulau Jawa menyatakan diri tetap