Negara Mitra Dagang Penyumbang Surplus Nonmigas

Wednesday 2 Jul 2014, 5 : 02 pm
by

JAKARTA-Neraca perdagangan bulan Mei 2014 mengalami surplus USD 69,9 juta, terdiri dari surplus non-migas USD 1,4 miliar dan defisit neraca perdagangan migas USD 1,3 miliar. Kondisi ini jauh lebih baik dibanding bulan April 2014 dan Mei 2013 dimana pada periode tersebut neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit masing-masing sebesar USD 1,96 miliar dan USD 527 juta. “Surplus neraca perdagangan nonmigas di bulan Mei 2014 khususnya dipicu oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 6,95% (MoM), sementara impornya turun hingga 12%,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (2/7).

Dia menjelaskan negara mitra dagang yang menyumbang surplus nonmigas terbesar pada bulan Mei 2014 adalah India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Uni Emirat Arab. Kelima negara mitra dagang tersebut menyumbang sekitar USD 2 miliar. “Perdagangan dengan India dan Amerika Serikat menyumbang surplus nonmigas terbesar,” ungkapnya.

Sementara itu, perdagangan non migas dengan Australia, Jerman, Argentina, Thailand, dan RRT menyebabkan defisit terbesar. Secara total defisit neraca perdagangan nonmigas dengan lima negara tersebut mencapai USD 1,9 miliar.

Secara kumulatif, total neraca perdagangan selama Januari hingga Mei 2014 mengalami defisit USD 0,82 miliar, terdiri dari surplus nonmigas USD 4,7 miliar dan defisit migas USD 5,5 miliar.

Sementara itu, Menteri Keuangan, Chatib Basri, berharap kondisi ekonomi Amerika Serikat dan perekonomian dunia semakin membaik. Dengan begitu, kinerja neraca perdagangan Indonesia bisa kembali positif. “Harapan pemulihan di Amerika di mana salah satu mitra dagang terbesar Indonesia,” ujar Chatib Basri, saat rapat bersama komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (2/7).

Naik

Lutfi menjelaskan total ekspor bulan Mei 2014 sebesar USD 14,8 miliar atau naik 3,7% (MoM). Secara akumulasi, total ekspor periode Januari-Mei 2014 mencapai USD 73,4 miliar atau turun 3,8% (YoY). Pada bulan Mei 2014, ekspor migas turun 18,8% (YoY), sedangkan ekspor produk industri naik 2,1%. “Sementara ekspor produk pertambangan turun drastis 33,8% dengan nilai menjadi USD 1,9 miliar,’ jelasnya.

Menurutnya, peningkatan ekspor produk industri terutama disumbang oleh ekspor CPO dan olahannya. Peningkatan ekspor CPO dipicu oleh meningkatnya permintaan dari RRT dan melemahnya nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap Dolar Amerika Serikat, sehingga volume dan nilai ekspor CPO naik 78,7% dan 73,0% (MoM). Disamping itu, produk ekspor lainnya yang nilainya juga mengalami peningkatan di antaranya timah, produk kimia, tembaga, serta besi dan baja masing-masing meningkat sebesar 96,1%; 36,6%; 40,8%; dan 63,2% (MoM). Peningkatan ekspor nonmigas yang signifikan juga terjadi ke negara-negara emerging market seperti Bangladesh naik 193%, Mesir (79,2%), Pakistan (77,5%), dan Spanyol (43,7%).

Sementara, impor bulan Mei 2014 sebesar USD 14,76 miliar, mengalami penurunan 9,2% (MoM). Penurunan impor tersebut dipicu oleh turunnya impor nonmigas sebesar 12,05% (MoM), sedangkan impor migas naik 0,4% yang dipengaruhi oleh meningkatnya impor minyak mentah sebesar 21,4% (MoM). Meskipun demikian, barang impor kita masih didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal. Impor bahan baku/penolong mengalami penurunan 8,9% (MoM), menjadi USD 11,3 miliar di bulan Mei 2014. Sementara itu, permintaan impor barang modal turun 11,2% (MoM), menjadi USD 2,4 miliar.

Penurunan nilai impor nonmigas pada Mei 2014 dipicu oleh menurunnya impor beberapa barang kebutuhan industri dalam negeri antara lain kapas turun 18,4%, karet dan barang dari karet (17,5%), besi dan baja (12,6%), dan bahan kimia organik (16,6%, MoM).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

COVID-19 Pukul Bisnis Hotel dan Restoran di Tangsel

TANGERANG-Industri hotel dan restoran di Tangerang Selatan, merasa terpukul dengan

PSS Bukukan Pertumbuhan Pendapatan Sebesar US$ 30.7 Juta

JAKARTA-PT Pelita Samudera Shipping Tbk (“PSS”, “Perseroan”, kode IDX: PSSI)