Pengembangan Seni Budaya Jangan Berorientasi Uang

Tuesday 15 Sep 2015, 11 : 52 am
sorotnews.com

JAKARTA-Kalangan seniman mengaku prihatinan atas perkembangan seni dan budaya Indonesia. Padahal seni dan budaya merupakan identitas suatu bangsa. Namun perkembangannya kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Menurut Titiek, kalau dimulai dengan orientasi uang maka Tuhan tak akan memberi jalan. Tapi, kalau sejak kecil sudah belajar seni dan budaya, maka ke depan ada merasa memiliki Indonesia. “Kalau berorientasi uang, leluhur kita akan sepelekan kita sekarang ini. Tak ada budaya, maka tak ada nasionalisme,” jelasnya

Diakui Titiek, hingga saat ini seni dan budaya Indonesia masih berada di bawah kolong jembatan. Karena itu, dia selalu menangis jika memikirkan nasib seni dan budaya bangsa yang tidak terurus sekarang ini. “Padahal, kebudayaan itu yang bisa membangun generasi bangsa ini memiliki nasionalisme, etika, moral, berbudi pekerti yang luhur, harkat dan martabat sebagai bangsa Indonesia,” ujarnya.

Dikatakan Titiek, setinggi apapun sekolah seseorang tanpa budaya, maka tak akan memiliki nasionalisme. “Bayangkan ketika kita tampil di Kanada Amerika Serikat, Perancis, Rusia, China, India dan lain-lain, begitu besarnya apresiasi sampai tidak beranjak dari tempat duduk, ketika selesai pun mereka bicarakan hebatnya kebudayaan kita,” kata Titik Puspa dengan bangga.

Sementara itu, Sekretaris F-PKB Jazilul Fawaid berharap ‘RUU Kebudayaan’ yang sedang dibahas di DPR RI ini agar negara ini memiliki arah kebudayaan yang jelas, maka perlu perhatian pemerintah dan DPR RI. Sebab, kalau tidak, negara ini akan kehilangan identitas. “Bahkan hasil karya seni dan budaya bangsa ini banyak yang dicaplok oleh negara tetangga, maka kebudayaan ini harus menjadi prioritas pemerintah dan DPR RI untuk segera disahkan,” jelasnya.

Sementara itu Krisna Mukti mengatakan kita sering salah kaprah melihat seni dan budaya, karena seni itu sendiri dan budaya juga sendiri di mana seni itu merupakan bagian dari kebudayaan. “Kalau kebudayaan berkait erat dengan ideologi bangsa (Pancasila dan UUD NRI 1945). Lalu, apa kita sudah berbudaya? Kalau dalam kehidupan sehar-hari masih korupsi, kolusi, nepotisme, tidak menghargai orang lain, senang main serobot, tidak mau antri, tidak sopan, tidak disiplin, tidak berbudi pekerti yang luhur dan sebagainya, ini berarti tidak mencerminkan Pancasila,” ungkapnya.

Karena itu, dia mengajak agar masyarakat Indonesia kembali ke fitrahnya, tidak terus-menerus bicara kesenian yang seolah-olah hanya di panggung, menyanyi, musik dan sebagainya. “Bahwa berbudaya itu memiliki arti sangat luas seiring dengan Pancasila dan UUD NRI 1945, yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. **aec

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Soekarwo Minta Pejabat Kuasai Permasalahan MEA

SURABAYA-Gubernur Provinsi Jawa Timur Soekarwo meminta para pejabat harus benar-benar

Wamen Arcandra: Panas Bumi, Sumber Energi Yang Andal

BANDUNG-Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra