Penyebutan “Pepatah Daerah” Punya Makna Politis Dalam Pidato Presiden

Thursday 16 Aug 2018, 2 : 40 pm
Ketua DPC PROJO Solo, Tego Widarti bersama Presiden Joko Widodo

JAKARTA-Tentu tak sembarangan Presiden Joko Widodo menyisipkan sejumlah pepatah ataupun peribahasa bahasa daerah dalam pidatonya di hadapan sidang MPR 2018. Sedikitnya ada lima pepatah bahasa daerah yang diungkap presiden, yakni Sunda (Jawa), Minang (Sumatera), Anging Mamiri (Sulsel), Banjar (Kalimantan Selatan) dan
Bumi Gora (NTB). Bisa saja ini merupakan strategi komunikasi politik Jokowi guna mendongkrak suara Pilpres 2019. “Itu sah sah saja. Dan tidak dilarang,” kata pengamat politik Ujang Komarudin kepada wartawan di Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Seperti diketahui, pada lima daerah tersebut ternyata Jokowi pernah kalah pada Pilpres 2014. Oleh karena itu, wajar saja Presiden berupaya menyisipkan bahasa daerah tersebut guna menyapa masyarakat daerah. “Bisa saja hal itu menjadi bagian dari strategi Jokowi untuk meraih simpati dari masyarakat daerah yang disebut oleh Jokowi dalam pidatonya,” tambah Dosen Universitas Al Azhar.

Yang jelas dibalik semua itu, kata Direktur eksekutif Indonesia Political Reveiwer (IPR), pastinya punya makna yang dalam terkait sejumlah bahasa daerah yang masuk dalam Pidato Presiden Joko Widodo dalam sidang MPR. “Jokowi ingin menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan bahasa, suku, etnis, dan agama,” terangnya.

Menurut Ujang, kekayaan tersebut harus dijaga. Dan perbedaan juga harus dijaga. ” Jangan sampai karena pilihan yang berbeda dalam Pilpres persatuan dan kesatuan dikesampingkan,” ungkapnya. Dikatakan Ujang, Perbedaan pendapat dan pilihan di Pilpres jangan sampai menjadi Indonesia terpecah dan berduka.

Sebagaimana diketahui Presiden Joko Widodo meyakini Indonesia mampu menghadapi tantangan bangsa jika persatuan dijaga. Jokowi mengatakan keyakinannya ini muncul berdasarkan pepatah dari beberapa daerah. Dari tanah Minang, dia belajar dari petuah ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’. “Berat sama-sama kita pikul, ringan sama-sama kita jinjing,” kata Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan di sidang tahunan MPR RI di Gedung MPR, Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.

Dia juga mengutip pepatah Sunda yang berbunyi ‘Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. Pepatah itu bermakna manusia harus bekerja bersama dengan komitmen dan konsistensi. Dari bumi Anging Mamiri, Sulawesi Selatan, Jokowi memetik pelajaran pepatah ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. “Kita harus kerja keras bersama, ikhlas, dan berdoa agar tujuan kita tercapai,” ujarnya.

Jokowi juga mengutip petuah dari Gora, Nusa Tenggara Barat. “Bareng bejukung, bareng bebose,” ujarnya. Kalimat itu mengajarkan masyarakat harus kerja bersama dan menikmati bersama-sama jerih payah tersebut.

Petuah lain yang jadi rujukan Jokowi berasal dari Banjar, Kalimantan. Petuahnya berbunyi ‘Waja sampai kaputing’. Artinya, masyarakat harus bekerja bersama dengan penuh semangat, tidak patah di tengah jalan, dan tidak pernah menyerah. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Usai Utang ke BMRI USD49,32 Juta, SHIP Siapkan Capex USD100 Juta untuk Beli Kapal

JAKARTA-PT Sillo Maritime Perdana Tbk (SHIP) menganggarkan belanja modal (capex)

Survei BI: Pertumbuhan Triwulanan Kredit Baru Melambat

JAKARTA-Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan pertumbuhan triwulanan kredit baru