Perbankan Nasional Belum Berkontribusi Mengurangi Kemiskinan

Thursday 10 Mar 2016, 7 : 52 pm
by
Ilustrasi

JAKARTA-Keberpihakan perbankan di Indonesia terhadap aspek tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup dalam kebijakannya ternyata masih sangat minim.

Data Koalisi Responsibank Indonesia menyebutkan bank-bank nasional masih jauh tertinggal dibanding bank dari luar negeri yang membuka perwakilannya di Tanah Air.

Hal ini berdasarkan penilaian dan pemeringkatan terhadap 11 bank di Indonesia yang dilakukan Koalisi Responsibank Indonesia (Prakarsa, ICW, WALHI, PWYP Indonesia, YLKI, INFID, TuK Indonesia).

“Bank-bank nasional terbesar seperti Mandiri, BCA, BRI dan BNI masih jauh tertinggal dibandingkan dengan cabang bank multinasional yang berkantor pusat di negara maju (OECD) seperti HSBC (Inggris), Citibank (Amerika Serikat) dan Mitsubishi-UFJ (Jepang),” papar perwakilan koalisi Responsibank dari Perkumpulan Prakarsa, Rotua Tampubolon dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (10/3).

Menurutnya, pendekatan pembangunan berkelanjutan telah menjadi mainstream di tataran global.

Pada September 2015, PBB telah mengesahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) sebagai panduan pembangunan berkelanjutan yang harus diimplementasikan secara global.

Dia menjelaskan, institusi keuangan, terutama bank, dapat memiliki andil besar dalam mewujudkan SDGs melalui kebijakan investasi mereka di berbagai sektor industri.

Apalagi, OJK selaku regulator industri jasa keuangan telah menerbitkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan sebagai panduan.

“Oleh karena itu, sudah semestinya bank memiliki kebijakan kredit dan investasi yang mengusung paradigma berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan,”tuturnya.

Hasil yang diperoleh masih menunjukkan bahwa bank-bank di Indonesia masih belum cukup peduli pada aspek tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup dalam kebijakan mereka.

Di kategori bank asing, jelasnya HSBC mendapat skor paling tinggi yaitu 37,83 persen.

Sementara di kategori bank nasional nilai tertinggi yang diraih oleh Bank Danamon hanya 10,98 persen dari skala 0 – 100 persen.

“Dibandingkan hasil pemeringkatan tahun lalu, meski peringkat di kategori bank asing tetap, namun terjadi pergeseran peringkat di antara beberapa bank nasional,” terangnya.

Dia menjelaskan, Bank Danamon menggeser BNI dari peringkat tertinggi. BCA sebagai bank swasta nasional terbesar naik satu peringkat dari tahun lalu, meski nilainya tak banyak berubah yakni hanya 1,74%.

Sementara dua bank campuran modal asing yang berkantor pusat di negara ASEAN yaitu OCBC-NISP (Singapura) dan CIMB-Niaga (Malaysia) terpuruk ke peringkat paling buncit dengan nilai 1,52 persen dan 1,13 persen.

Perubahan peringkat ini terjadi karena perbedaan metodologi dan banyaknya informasi yang dipublikasikan dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keberlanjutan masing-masing bank.

Secara umum, lanjutnya bank-bank nasional masih belum banyak mempublikasikan kebijakan mereka dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan di tema-tema cross-cutting penting terkait aspek sosial dan lingkungan hidup seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, hak asasi manusia, serta hak pekerja.

Padahal dengan menerapkan kebijakan yang lebih bertanggung jawab, bank akan dapat berkontribusi lebih banyak pada pembangunan berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan.

Manager Kampanye WALHI Kurniawan Sabar menegaskan, institusi perbankan, khususnya di Indonesia, harus meninggalkan praktik usang yang tidak lagi sesuai dengan visi keberlanjutan lingkungan dan penghargaan atas hak asasi manusia.

Bank harus lebih progresif, tidak sekadar mempromosikan ‘kebijakan hijau’ di atas kertas atau lip service, namun mesti lebih visioner dan berani untuk segera meninggalkan proyek dan investasi menimbulkan risiko hancurnya lingkungan hidup, perubahan iklim, dan pelanggaran hak asasi manusia.

“Jika ini tidak dilakukan, maka bank bukan lagi bagian dari solusi, namun justru secara langsung menjadi bagian dari masalah dalam pembangunan,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

JUDI ONLINE

Hasil Stress Test OJK, Perbankan Masih Kokoh

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa risiko yang
SAHAM

Jelang Akhir Pekan, IHSG Anjlok 1,42% di Level 7.328,054

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia