JAKARTA-PermataBank secara konsisten menjalankan fungsi intermediasinya dengan memberikan fasilitas kredit kepada perusahaan yang memiliki kinerja baik.
Hal ini sejalan dengan visinya sebagai “Pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif”.
Sebagaimana yang dilakukan pada hari ini, Kamis 28 Februari 2013, PermataBank memimpin serta menandatangani pemberian kredit sindikasi senilai total Rp 300 Miliar, berjangka waktu 3 tahun dengan tingkat suku bunga yang kompetitif.
Kredit sindikasi ini diberikan kepada PT Andalan Finance Indonesia bersama dengan beberapa bank lainnya seperti Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten (BJB), Bank Pembangunan Daerah Papua dan Bank Pembangunan Daerah Kalsel.
Hadir dalam penandatanganan kredit Roy Arfandy, Direktur Wholesale Banking PermataBank, Sebastianus Harno Budi, Direktur Utama dari PT Andalan Finance Indonesia, Frans F. Rundengan, Managing Director dari PT Andalan Finance Indonesia.
Hadir juga, Acu Kusnandar – Direktur Korporasi & Komersial Bank BJB, Willyam Sada-Direktur Pemasaran dari Bank Papua, Windy Wijaya Kesuma – Pemimpin Cabang Bank Kalsel, Ardi Sedaka, Head Client Relationship PermataBank dan Dedy Sahat Tupal Parulian Head of WB Strategy and Business Development – Coordinator Loan Syndication PermataBank bertindak sebagai Mandated Lead memimpin pemberian kredit sindikasi kepada PT Andalan Finance Indonesia.
“Kami sangat gembira dapat memimpin dan ikut berpartisipasi dalam memberikan kredit sindikasi ini kepada PT Andalan Finance Indonesia. Fasilitas ini merupakan wujud nyata PermataBank dalam mendukung bisnis pembiayaan secara berkelanjutan, dimana kami memiliki rekam jejak yang panjang di bidang ini,” ujar Direktur Wholesale Banking PermataBank, Roy Arfandy.
“Dengan pemberian kredit ini, kami harapkan dapat menopang ekspansi bisnis PT Andalan Finance Indonesia, khususnya di segmen pembiayaan konsumen (Consumer Finance), sewa guna usaha (Leasing) dan anjak piutang (Factoring) di seluruh wilayah Indonesia,” jelasnya.
“Tanggapan positif yang diberikan bank mitra, dalam hal ini Bank BJB, Bank Pembangunan Daerah Papua dan Bank Pembangunan Daerah Kalsel dalam sindikasi kredit semacam ini, mendorong PermataBank untuk lebih aktif dalam menjajaki kerjasama sejenis dengan bank-bank mitra. Selain dapat mengakomodasi permintaan pendanaan dalam jumlah besar, pengelolaan resiko juga akan semakin baik mengingat adanya sharing risk di antara bank peserta sindikasi”, jelas Roy.
Sementara itu Direktur Utama dari PT Andalan Finance Indonesia, Sebastianus Harno Budi menjelaskan selama ini Andalan Finance Indonesia telah menjadi kekuatan dan keunggulan tersendiri bagi Nasmoco Group, dengan menempatkan dirinya sebagai mitra keuangan pilihan konsumen dalam jaringan usaha Nasmoco Group.
Karena integrasi layanan keuangan-pembiayaan yang kompetitif dalam front line services, kami sungguh-sungguh memudahkan para konsumen.
“Nasmoco Group akan terus memberikan dukungan penuh dan menyambut baik sinergi yang telah terjalin dengan para kreditur peserta sindikasi, yang kami harapkan akan terus meningkat dan diperluas di masa mendatang. Fasilitas ini akan menambah dan memperkuat sumber dana Andalan Finance dalam menyalurkan pembiayaan kendaraan bermotor (minimum roda empat) yang merupakan komitmen dari perusahaan,” imbuhnya.
Sebastianus juga menambahkan pada tahun 2012, Andalan Finance Indonesia
telah membukukan volume pembiayaan baru sekitar Rp 1,7 triliun.
Pihaknya optimis akan mencapai target pertumbuhan volume usaha sekitar 30% atau mencapai Rp 2,5 triliun pada tahun 2013, yang sesuai dengan rencana usaha yang ditetapkan semula yaitu komposisi yang berimbang dari pembiayaan mobil baru dan mobil bekas dengan tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan portfolio usaha yang sehat.
Mayoritas pembiayaan mobil baru tersebut akan bersumber dari penjualan Toyota melalui jaringan kelompok usaha sendiri (Nasmoco Group).
Sebagaimana diketahui, aktivitas Wholesale Banking PermataBank ditunjang
oleh tiga pilar unit bisnis yaitu Client Relationship-menangani aspek
relasi dengan nasabah di berbagai industri, Transaction Banking -menangani
pengembangan produk dan layanan perbankan transaksional seperti trade
products and services dan cash management dan Global Markets-mengelola
likuiditas, neraca serta layanan produk treasury.
Baik Transaction Banking maupun Global Markets melayani nasabah dengan koordinasi Client Relationship.
Ditopang oleh kinerja yang berkesinambungan PermataBank mencatat laba bersih setelah pajak (konsolidasi – diaudit) sebesar Rp 1,368 triliun untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012, meningkat 18% year-on-year (yoy) dari tahun yang berakhir 31 Desember 2011.
Kinerja operasional PermataBank selama periode tersebut terus membaik.
Laba operasional naik 20% yoy menjadi Rp 1,728 triliun, didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan pendapatan berbasis biaya (fee based income).
Pendapatan bunga bersih tumbuh 43% yoy menjadi Rp5,898 triliun ditopang oleh pertumbuhan kredit yang kuat.
Sementara itu pendapatan berbasis biaya (fee based income) naik 7% yoy menjadi Rp 1,109 triliun.
Kredit yang disalurkan PermataBank tumbuh 36% yoy dari Rp 69,3 triliun pada akhir 2011 menjadi Rp 94,4 triliun pada akhir 2012.
Kredit tumbuh di semua segmen bisnis, termasuk pertumbuhan yang kuat di segmen UKM.
Total aset mencapai Rp 131,8 triliun, naik 30% yoy dari Rp 101,3 triliun di tanggal
31 Desember 2011.
Basis pendanaan kian beragam dan terus tumbuh.
Dana pihak ketiga – termasuk pendanaan Syariah-meningkat 27% yoy menjadi Rp 104,7 triliun di mana giro dan tabungan (CASA) mencatat kenaikan yang kuat masing-masing 23% yoy dan 32% yoy menjadi Rp 20,6 triliun dan Rp 20,4 triliun.
Sementara itu deposito berjangka mencatat pertumbuhan yang sehat, naik 21% yoy menjadi Rp 56,5 triliun di akhir tahun 2012.
Pendanaan syariah tercatat meningkat kuat 97% yoy menjadi Rp 7,2 triliun.
Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di tingkat yang optimal yaitu 89,5% di akhir 2012, dibandingkan 83,1% pada akhir 2011.
Bank juga menunjukkan perbaikan yang berkesinambungan dalam kualitas pinjamannya, yang tercermin pada kepatuhan Bank pada prinsip kehati-hatian.
Gross dan Net Non Performing Loan (NPL) masing-masing mengalami perbaikan menjadi 1,4% dan 0,4% pada Desember 2012 dari 2,0% dan 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Struktur permodalan Bank tumbuh kuat di tengah pertumbuhan kredit yang juga kuat.
Setelah menuntaskan Right Issue sebesar Rp 2 triliun dan menerbitkan dua Obligasi Subordinasi (Subdebt) dengan total senilai Rp 2,5 triliun, rasio kecukupan modal (CAR) Bank menjadi 15,9%, mengalami perbaikan sebesar 179 bps dibandingkan dengan tahun lalu.