JAKARTA – Penyelenggaraan kekuasaan Presiden Jokowi semakin otoriter mirip dengan Orde Baru dalam satu tahun menjelang kekuasaannya berakhir.
Itu ditunjukkan dengan berbagai kejadian tidak mengenakkan yang dialami PDI Perjuangan dan calon presiden (Capres) yang mereka usung, Ganjar Pranowo, seperti pencopotan poster dan baliho.
Politisi PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus dalam keterangannya Sabtu 11 November 2023 menyebut bahwa dirinya mendapat informasi dari Deli Serdang dan Pematangsiantar, Sumatera Utara bahwa desa dan tempat menginap Capres Ganjar PRanowo mendapat tekanan dari aparat.
“Kami mendapat informasi awal bahwa desa dan tempat menginap Mas Ganjar mendapat tekanan sehingga akhirnya ada pondok pesantren yang pasang badan mengizinkan tempat menginap,” kata Deddy.
Bukan hanya itu, tekanan juga diberikan kepada salah satu kampus di Pematangsiantar. Sedianya, Ganjar Pranowo memberi kuliah umum di kampus tersebut, tetapi tiba-tiba aparat melakukan operasi pembersihan baliho Ganjar-Mahfud.
Selain itu, gambar-gambar Capres Ganjar Pranowo yang terpasang di beberapa tempat juga dibersihkan petugas Satpol PP dan Pamong Praja dan diangkut dengan truk yang kalau dilihat nomor polisinya berasal dari wilayah Medan.
Hanya saja Deddy Sitorus tidak menyebut secara pasti nama kampus yang dimaksudkannya.
Peristiwa pencopotan baliho dan poster PDI Perjuangan dan Capres Ganjar Pranowo juga terjadi di Bali ketika Jokowi mengunjungi wilayah itu beberapa waktu lalu.
Selain itu, kantor-kantor DPC PDI Perjuangan di beberapa kabupaten/kota didatangi aparat keamanan, seperti di Pasuruan, Jawa Timur dan Solo, Jawa Tengah.***
