Presiden Jokowi Akan Dikorbankan?

Friday 16 Jul 2021, 9 : 16 am
by
Utang global bond ini jika terealisasi semuanya maka nilainya mencapai 536 triliun rupiah, itu dari global bond saja. Lalu bagaimana utang Pertamina sekarang yang nilainya sudah hampir 600 triliun rupiah.
Pengamat Ekonomi AEPI Salamuddin Daeng

Oleh: Salamuddin Daeng

Lihat di Brazil masyarakat sudah menuntut presidennya mundur. Di India 12 menteri mundur karena gagal mengatasi covid-19.

Padahal covidnya sendiri siapa peyebabnya belum jelas. Sampai sekarang otoritas global belum mampu menjelaskan kepada dunia dari mana asal virus.

Apakah virus ini berasal dari laboratorium atau dari hewan. Apakah virus ini menular dari hewan secara alamani, atau sejak kebocoran lab maka virus menular secara alami, semua belumlah clear.

Padahal asal usul virus dan mekanisme penularannya adalah informasi dasar yang diperlukan baik secara medis maupun secara politik, hukum dan sosial.

Bagaimana mungkin menjelaskan turunannya kalau asal usulnya saja belum jelas.

Namun akibat penerapan rezim kesehatan publik secara seragam di seluruh dunia telah menimbulkan kekacauan dia mana mana.

Demosntrasi di seluruh dunia telah berlangsung secara masiv.

Masyarakat berhadap hadapan langsung dengan pemerintah secara bertentang tentangan, berbagai isue memicu penolakan dan protes, mulai dari penolakan vaksinasi massal, penolakan vaksinasi pada anak anak di Itali hari ini, penolakan terhadap penerapan protokol kesehatan, penolakan terhadap denda atas pelanggaran protokol kesehatan dan lain sebagainya.

Keadaan paling mengerikan akan dialami negara negara yang gak punya uang.

Satu sisi akan menerapkan rezim kesehatan publik secara total dan keras, sisi lain negara itu tidak memiliki uang untuk membiayai rakyatnya, memberi makan dan mengganti kerugian bagi orang orang yang dirugikan akibat protokol covid.

Inilah yang harus dipertimbangkan secara matang oleh presiden Jokowi.

Presiden harus mendapatkan informasi yang benar terkait dengan keadaan sosial politik yang berlangsung.

Harus mencermati keadaan secara baik, jangan sampai menjadi ajang permainan pihak pihak yang ingin mengambil keuantungan dari penerapan rezim kesehatan publik.

Penting diketahui bahwa posisi rezim internasional dalam hal pembiayaan covid sudah berubah.

Kalau jaman dulu ketika wabah melanda sebuah negara, maka berbondong bondong lah donor internasional datang.

Namun sekarang sebaliknya yang datang asalah debt collector, mirip pemerasan melalui pasar keuangan.

Jadi kalau gak punya uang bagaimana membiayai kesehatan publik. Kalau gak punya uang bagaimana pemerintah mengendalikan keadaan.

Jangan sampai pemerintah dikorbankan oleh eliet global yang mau cuci tangan atas keadaan chaos yang dihadapi semua negara.

Semoga Indonesia ketahanan dan keamanan nasionalnya makin kuat. Amin

Penulis adalah Pengamat Ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Dukungan Riset dan Kerja Sama Universitas di Jepang Untuk Restorasi Gambut

JAKARTA-Badan Restorasi Gambut (BRG) merintis kerja sama dengan Universitas Kyoto

Pantai Indah Kapuk Dua Siap Gelar PUT Senilai Rp10,485 Triliun

JAKARTA-PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) berencana melakukan Penawaran