Presiden: Membandingkan Kondisi 1998 dengan 2015, ‘Nggak Nyambung’

Kamis 22 Okt 2015, 1 : 43 pm
by

JAKARTA-Kondisi ekonomi nasional saat ini sedang di ambang krisis. Sejumlah indikator ekonomi makro tidak sesuai ekspektasi, atau meleset dari asumsi yang ditetapkan pemerintah. Kekhawatiran semakin meningkat tatkala nilai tukar rupiah sempat menembus Rp 14.000 terhadap dollar AS. Namun Presiden Joko Widodo menepis indikasi krisis ekonomi di tanah air. “Krisis bagaimana? 4,7 persen kok krisis. Jangan ikut terbawa seperti itu. Kita ini harus menatap ke depan itu semuanya harus optimistis. Kalau kita nggak optimis rakyat kita bagaimana? Pusingnya kayak apapun kalau saya ingin menampilkan diri ya harus optimis, harus yakin,” tegas Presiden Jokowi saat memberikan arahan pada rapat kerja dengan para direktur utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/10).

Meskipun di tingkat global terjadi pelemahan ekonomi, Presiden Jokowi mengajak semua pihak untuk tidak usah pesimistis terhadap kondisi ekonomi negara ini. Karena dengan angka-angka yang sudah ada masih bagus. Bahkan banyak tamu negara yang datang ke Jakarta justru mengacungkan jempol atas capaian pemerintah. “Jangan sampai kita membandingkan 1998 dengan 2015. Sangat beda sekali. Coba kita lihat pertumbuhan ekonomi, tahun 1998 itu jatuh pada minus 13%. Saya hanya mengingatkan saja pada 2015 masih 4,7%,  yang terakhir pada triwulan yang ketiga ini sudah pada 4,85%,” kata Presiden.

“Dan yang kita harapkan nanti pada triwulan keempat pertumbuhan ekonomi di atas 5% dikit,” ujarnya dengan nada optimis.

Presiden kembali menegaskan kondisi ekonomi 1998 dan 2015 ini sangat berbeda. Soal nilai tukar rupiah misalnya. Presiden Jokowi mengatakan pada 1998 itu Rp 16.500/dollar AS, sekarang Rp 13.600-13.700.

Tetapi Presden mengingatkan, pada 1998 itu, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 2.000/dollar AS lalu meloncat ke 16.000. Kenaikannya 8 kali lipat atau 800%.

Sekarang ini, rupiah bergerak dari Rp 12.500 menjadi Rp 13.600-Rp 13.700, atau  8% perubahannya. “Ini jangan disambung-sambungkan. Nggak sambung, menyebabkan kita pesimis ya seperti itu. Karena angkanya sudah kayak 1998, padahal berbeda,” tegas Jokowi.

Soal kredit bermasalah atau non performing loan (NPL), Presiden Jokowi menjelaskan posisi kredit macet pada 1998 itu mencapai 30%. Sekarang katanya, NPL masih 2,6% – 2,8%. “Jadi, sangat beda sekali,” tuturnya.

Demikian juga dengan inflasi. Pada September lalu, inflasi, minus 0,05%. Dengan demikian, inflasi akhir tahun diharapkan mencapai angka 4%. “Ini saya kira sangat bagus sekali untuk kita menuju ke depan. Dan nanti kita harapkan bunga bank bisa menurun karena inflasi sudah turun,” kata Jokowi.

 

 

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

WIKA Siap Pinjami Rp555 Miliar ke Entitas Usaha di Bidang Jalan Tol

JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berencana memberikan pinjaman

Laba Indonesia Kendaraan Terminal Tumbuh 30,34% per September 2023

JAKARTA-PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) melaba Rp141,94 miliar (Rp78,06