SETARA Institute: Penundaan Pemilu 2024 Bentuk Pembangkangan Konstitusi

Tuesday 8 Mar 2022, 10 : 01 pm
by
Peneliti Hukum dan Konstitusi SETARA Institute, Sayyidatul Insiyah

JAKARTA-Isu penundaan kontestasi lima tahunan menjadi bola panas yang dilemparkan oleh beberapa elit di lingkungan parlemen.

Pemilu yang seharusnya dijadwalkan pada 2024 diusulkan untuk ditunda 1-2 tahun.

Namun demikian, SETARA Institute dengan tegas menolak wacana penundaan pemilu tersebut.

“Apapun alasannya, penundaan Pemilu adalah bentuk pembangkangan terhadap Pasal 22E ayat (1) Konstitusi,” ujar Peneliti Hukum dan Konstitusi SETARA Institute, Sayyidatul Insiyah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (8/3).

Menurutnya, apabila stabilitas ekonomi dijadikan dalil utama penundaan pemilu, seolah pemerintah lupa bahwa pemindahan ibu kota negara justru dilakukan begitu saja di tengah kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

“Untuk itu, SETARA mengingatkan elit politik baik di lingkungan parlemen maupun istana untuk tidak membuat kegaduhan dengan usulan perubahan rencana ketatanegaraan yang tak berlandaskan urgensi yang nyata,” jelasnya.

Dia menegaskan usulan penundaan pemilu merupakan aspirasi para pengusaha dengan dalil perlunya waktu untuk memulihkan stabilitas ekonomi nasional akibat pandemi.

“SETARA Institute kembali mengingatkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, bukan di tangan pengusaha. Rakyat yang dimaksud konstitusi tentu seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya segelintir kelompok saja, apalagi golongan elit pengusaha,” tegasnya.

Dia menambahkan deberapa kebijakan pemerintah sebelumnya seharusnya menjadi refleksi betapa negara seolah acap kali disetir oleh kelompok tertentu.

Bahkan negara menjadi alat pemuas kepentingan kelompok tertentu dengan mengabaikan pemenuhan hak-hak rakyat, mulai dari UU Minerba, UU Cipta Kerja hingga UU Ibu Kota Negara.

“Harusnya negara berefleksi betapa terlalu gegabahnya pemerintah selama ini dalam mengambil sikap tanpa memperhatikan hak-hak rakyat,” ulasnya.

“Negara Indonesia seharusnya dijalankan dari, untuk, dan oleh rakyat, bukan dari, untuk, dan oleh pengusaha semata,” tambahnya.

Lebih lanjut SETARA Institute mengingatkan bahwa pemilu tidak hanya sebagai kontestasi penyaluran suara rakyat semata.

Namun pemilu juga sebagai momentum regenerasi aktor-aktor politik negara.

Terlebih, rezim Presiden saat ini telah menginjak pada dua tahun periode kepemimpinannya.

“Jangan sampai singgasana Presiden terus melanggeng hingga melebihi 10 tahun lamanya,” terangnya.

Selain tidak sesuai dengan desain konstitusional negara, fenomena tersebut juga akan semakin membuka celah terjadinya “power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely”.

“Yaitu kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang mutlak benar-benar korup,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

KPK: Perlu Menumbuhkan Generasi Antikorupsi Sejak Dini

JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatakan upaya menumbuhkan generasi antikorupsi harus

Dulu Banyak Mafia, Presiden Optimistis Terobosan MA Ubah Anggapan Negatif Peradilan

JAKARTA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui, sebelumnya banyak yang beranggapan bahwa