Spirit Pidato Puan Maharani Dalam Momentum HUT ke 77

Sunday 21 Aug 2022, 10 : 59 pm
by
H. Adlan.Daie, pemerhati politik dan sosial keagamaan.

Oleh: H. Adlan Daie

Pidato politik Puan Mahahani sebagai ketua DPR RI dalam momentun Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke 77 di sidang tahunan MPR.RI dan sidang bersama DPR RI dan DPD RI tahun 2022 di kompleks parlemen, Senayan Jakarta (16/8/2022) memukau khalayak publik dengan “diksi-diksi metafor” yang mengundang tafsir sejumlah pengamat politik dari beragam perspektif dan sudut pandang.

Dengan diksi metafor simbolik “khas” Indonesia Puan dalam pidato politiknya di atas yang dihadiri Presiden Jokowi, para menteri, pejabat tinggi negara dan duta besar negara sahabat menganalogikan bahwa laki-laki dan perempuan ibarat dua sayap seekor burung.

Analogi ini untuk menggambarkan pentingnya kesadaran tentang kesetaraan kedudukan perempuan dan laki-laki dalam peran peran kebangsaan dan kenegaraan.

Puan menegaskan bahwa menyertakan perempuan dalam setiap jabatan bukan sebagai kebijakan afirmatif tetapi merupakan kesadaran atas penghargaan harkat dan martabat manusia.

“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayap seekor burung. Jika dua sayapnya sama kuatnya maka terbanglah burung itu sampai ke puncak setinggi-tingginya. Jika patah satu dari pada dua sayap itu maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali,” ungkap Puan.

Sebuah analogi yang pas tentang kekuatan bangsa dalam konteks kesadaran kesetaraan gender.

Sprit dari pidato Puan di atas bukan sekedar bisa dipahami sebagai wujud ekspresi keterpanggilan Puan untuk tampil dalam gelanggang politik kontestasi pilpres 2024 yang hingga saat ini didominasi oleh tradisi dan cara pandang “patriarkal”, yakni dominasi laki laki.

Lebih dari dari itu, ruang publik berbangsa dan bernegara sebagaimana dinyatakan Jurgen Habermas adalah tempat berbagai sudut pandang berjumpa dan mencari dasar yang adil dan rasional untuk hidup bersama.

Dengan kata lain, ruang publik berbangsa dan bernegara adalah ruang profesionalisme dan aktualisasi pengabdian melampaui batas etnisitas, agama dan gender di mana.

Puan dalam peta politik nasional saat ini adalah kekuatan politik perempuan yang paling menonjol tidak cukup dimaknai hanya upaya untuk memenuhi kewajiban hadirnya representasi pemimpin perempuan melainkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender di ruang publik kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian spirit pidato politik Puan di atas setidaknya dalam perspektif penulis mengirim pesan bahwa “burung garuda” hanya bisa terbang tinggi jika kepak dua sayapnya sama kuatnya.

Indonesia hanya akan maju dan mencapai cita cita kemerdekaan jika peran peran kebangsaan dan kenegaraan dibangun dalam kesetaraan peran laki laki dan perempuan.

Kesadaran inilah yang hendak ditekankan Puan dalam pidato politiknya di atas bahwa sudah saatnya cara pandang “patriarkal” dan serba “laki-laki” di akhiri dalam diskursus ruang publik kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di sinilah tanggung jawab para agamawan dan kaum cendikia untuk mentranformasikan kesadaran kolektif bangsa akan pentingnya kesetaraan peran laki-laki dan perempuan di ruang publik.

Hambatan kultutal, tafsir keagamaan yang “patriarkal” dan problem psyikhologis gender harus diakhiri agar “burung garuda” Indonesia terbang tinggi dengan kekuatan dua sayapnya (laki-laki dan perempuan) dalam mengejar cita-cita kemerdekaan yang tertunda.

Dirgahayu RI ke.77.
Wassalam.

Penulis adalah Wakil Sekretaris NU Jawa Barat periode 2010-2021

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

CIMB Niaga Luncurkan Kartu Berlagu 2013

JAKARTA-PT Bank CIMB Niaga Tbk (“CIMB Niaga”) kembali meluncurkan Kartu

Indonesia-Iran Perkuat Kerja Sama Sektor Parekraf

JAKARTA-Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan