Utang dan Logika Tukang Sulap

Saturday 1 May 2021, 11 : 47 am
by
Ilustrasi/karikatur JPNN

Oleh: Salamuddin Daeng

Kondisi Sebelum Covid ditandai oleh keadaan yang sudah buruk. Perekonomian Indonesia sebetulnya belum pulih sebagai dampak krisis moneter asia 1998 dan krisis keuangan Eropa dan Amerika tahun 2008.

Sekarang Indonesia malah sedang dihipnotis untuk mengambil utang segunung dan melipatgandakan utang dalam rangka memperbaiki pertumbuhan ekonomi dengan cepat.

Ini pasti logika tukang sulap ala David Copperfield atau Harry Houdini.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi dunia relatif stagnan kecuali China yang menjadi sandaran konsumsi global selama ini berada dalam pertumbuhan positif.

Jadi tidak ada negara di dunia yang bisa menjadi pengungkit ekonomi dunia dalam cengkraman virus.

Sisi lain utang global menumpuk sangat besar hampir di seluruh negara di dunia.

Utang global telah meningkat sekitar USD 87 triliun sejak tahun 2007 dan USD 70 triliun adalah peningkatan utang pemerintah.

Strategi utang menjawab krisis yang dipilih dunia merupakan pilihan yang beresiko.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa bank sentral dan pemerintahan seluruh dunia meluncurkan sekitar USD 15 triliun dari dana utang komersial untuk membiayai krisis.
Tahun ini utang global meningkat 20% menjadi 324 % terhadap Gross Domestic Product (GDP).

Utang US federal debt akan tumbuh tahun ini sebesar 100 % GDP.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan defisit publik sebagai persentase dari pendapatan nasional akan melonjak menjadi hampir 10% tahun ini dari hanya di bawah 4% pada 2019.

Apa yang dipikirkan negara negara dunia sekarang adalah sesuatu yang kurang masuk akal yakni membayangkan ekonomi mereka saat ini seperti akan tumbuh dalam utang besar tempo semalam.

Lalu setelah itu semua negara khususnya negata miskin dan negara berkembang seperti Indonesia terjerat utang yang tak akan terbayarkan sampai kapanpun.

Indonesia sendiri harus menambah utang sedikitnya Rp. 1000 triliun setahun atas dasar logika ekonomi dapat tumbuh dengan utang besar.

Padahal utang yang lama telah menjadi beban yang mencekik APBN, termasuk utang akibat BLBI dan KLBI senilai Rp 630 triliun kala itu setara dengan 12 kali APBN negara ini.

Sekarang Indonesia harus menambah utang baru pada tingkat yang sama sekali tidak masuk akal sehat agar bisa menyembuhkan kapitalisme pasar bebas dan oligarki yang tengah sekarat.

Logika ini berdiri di atas dasar pemikiran dan model arsitektur ekonomi usang dan bersandar pada oligarki ubanan yang tak lagi relevan dalam zaman baru.

Penulis adalah Pengamat Ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Anggaran Pilkada Tersedia, DPR: Sudah Berjalan Untuk Tahapan Penyelenggara

JAKARTA-Komisi II DPR RI sudah menggelar rapat sebanyak sembilan (9)

Dana Bansos Tak Berdampak Ke Daerah

JAKARTA-Penyaluran dana bantuan sosial (bansos) menjadi sorotan publik. Lantaran banyak