Wamendag Canangkan Operasionalisasi SRG di Lampung

Tuesday 14 Oct 2014, 6 : 42 pm
by
Wamendag Bayu Khrisnamukti

LAMPUNG-Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mencanangkan operasional Sistem Resi Gudang (SRG) di Lampung.

Langkah ini merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan daya saing produk dalam negeri dalam kompetisi perdagangan dunia, termasuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

“Kementerian Perdagangan terus melakukan berbagai upaya mendorong perluasan pelaksanaan SRG seperti pembentukan kelompok kerja, sosialisasi, serta pelatihan tenaga penyuluh dan tenaga pengawas. Selain itu juga dilakukan MoU dengan kementerian/lembaga terkait, termasuk pembangunan 117 gudang yang salah satunya adalah gudang SRG di Lampung Selatan ini,” tegas Bayu saat menghadiri Pencanangan Operasional SRG dan Peringatan Hari Koperasi ke-67 Tingkat Provinsi Lampung, di Lampung Selatan, Selasa (14/10).

Gudang milik Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan tersebut merupakan gudang SRG yang telah melalui uji coba sosialisasi dan edukasi implementasi SRG di Lampung Selatan.

Sampai 13 Oktober 2014, telah ada lima resi gudang yang diterbitkan senilai Rp 163.533.300 dengan komoditas gabah yang pembiayaannya dari Bank BJB.

“Dengan SRG, dapat diupayakan peningkatan kelancaran distribusi barang/komoditas, peningkatan kualitas dan kuantitas produk, serta kemudahan memperoleh sumber pembiayaan bagi para pelaku usaha, baik petani, koperasi, UKM dan pedagang, pabrikan, serta eksportir,” jelasnya.

Menurutnya, dengan adanya SRG memungkinkan para pelaku usaha memperoleh kepastian kualitas dan kuantitas atas komoditas yang disimpan di gudang, keterjaminan suplai, meningkatkan cash-flow, serta pembiayaan bagi ekspor.

Dokumen resi gudang dalam transaksi letter of credit akan menambah keyakinan issuing bank dan nominated bank, serta dapat mencegah fraud dalam transaksi ekspor. Subsidi bunga resi gudang (S-SRG) 6% per tahun kepada petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani (Gapoktan), dan koperasi juga diterapkan sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap penerapan SRG.

SRG, sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 9 Tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang, merupakan salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan para petani, kelompok tani, gapoktan, koperasi tani, maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan) sebagai suatu instrumen pembiayaan perdagangan.

Hal itu karena SRG dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang (komoditas) yang disimpan di gudang.

“Bagi petani, SRG dapat menjadi strategi memperoleh harga terbaik dengan cara menunda penjualan komoditas pada musim panen raya di mana harga komoditas cenderung rendah melalui penyimpanan komoditasnya di gudang. Sementara waktu menunggu harga membaik, petani dapat mengagunkan resi gudangnya untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan nonbank,” ungkapnya.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten pertama yang mengimplementasikan SRG dari lima kabupaten lainnya di Provinsi Lampung, yaitu Tulang Bawang, Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Pesisir Barat yang dilengkapi dengan kelengkapan gudang berupa dryer.

Pembangunannya sendiri didanai dari Dana Alokasi Khusus Kementerian Perdagangan.

“Saya berharap SRG ini segera dimanfaatkan oleh petani, kelompok tani, gapoktan, dan koperasi/UKM, maupun para pedagang dan eksportir sebagai suatu instrumen tunda jual dan pembiayaan perdagangan, sehingga berbagai manfaat SRG dapat segera dirasakan masyarakat kita, khususnya di provinsi Lampung. Saya harapkan juga kabupaten lain segera menyusul,” paparnya.

Diterbitkan SRG Rp 345 Miliar

Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bapppebti) Sutriono Edi menjelaskan sampai dengan 12 Oktober 2014, secara nasional telah diterbitkan 1.651 resi gudang dengan volume sebanyak 69.100,23 ton, (gabah 59.010,91 ton; beras 5.022,47 ton; jagung 4.621,36 ton; rumput laut 420 ton; dan kopi 25,49 ton).

“Total nilai resi gudang yang telah diterbitkan adalah Rp 345,59 miliar dengan pembiayaan mencapai Rp 213,9 miliar. Dibandingkan pada periode September 2013, tahun 2014 volume komoditas dalam resi gudang meningkat 26%, nilai komoditi sebesar 26%, dan pembiayaan meningkat sebesar 31%,” tegas Sutriono Edi menambahkan.

Walaupun terus mengalami peningkatan, volume komoditas yang disimpan dalam gudang SRG masih perlu ditingkatkan agar SRG dapat menjadi salah satu tolak ukur pemerintah dalam memperhitungkan stok pangan nasional.

Dalam SRG, koperasi dapat berperan sebagai penyimpan barang dengan menghimpun komoditas yang dihasilkan petani untuk dibawa dan disimpan di gudang SRG.

Resi gudang dapat dimanfaatkan juga untuk memperoleh pembiayaan guna penguatan modal kerja. Peran lainnya adalah sebagai pengelola gudang SRG, dengan mensinergikan usaha/bisnis hulu (masa tanam dengan penyediaan pupuk, saprotan, maupun pembiayaan prapanen) dan hilir (masa pascapanen dengan pengangkutan, pengolahan maupun pemasaran), koperasi dapat melakukan pengembangan usaha menjadi lebih besar dan lebih kuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BI Dorong Peran Industri Kembangkan Open Banking di Indonesia

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mendorong peran industri untuk membangun arah pengembangan

Indonesia-UEA Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi Kreatif

JAKARTA-Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sepakat melakukan