Zat Radioaktif di Tangsel Tak Membahayakan

Monday 17 Feb 2020, 6 : 15 pm
by
Agung Wahyu Kencono warga Blok B Batan Indah Kecamatan Setu Tangerang Selatan, Senin 17 Februari 2020

TANGERAN-Warga penghuni perum Batan Indah mengaku tak khawatir dengan ditemukannya serpihan radioaktif CS 137 di lahan kosong Perum Batan Indah Kecamatan Setu Tangerang Selatan. 

“Sebenarnya kami penghuni dan apalagi umumnya juga bekerja di Batan, tahu seperti apa. Jadi kami sama sekali tidak khawatir dengan adanya itu,” ungkap Agung Wahyu Kencono penghuni Blok B Perum Batan Indah, ditemui di Perum Batan Indah Senin 17 Februari 2020.

Menurut dia, sejak awal diketahui adanya paparan sinar radioaktif yang ditemukan oleh Bapeten pada akhir Januari 2020. Dirinya beserta warga lain beraktivitas seperti biasa. 

“Setelah Bapeten tetapkan titiknya (hotspot), yang luasnya tidak sampai 10 meter itu kami tahu besaran volume dan dampaknya. Sebenarnya bukan dampak yang kita takutkan, tapi terusik karena ada ekspos besar-besaran ini. Akhirnya kita dibanjiri pertahyaan kekhawatiran dari teman, saudara menanyakan kabar kita,” terang dia.

Meski begitu, dia menjadi mafhum dengan ekspos media dan perhatian masyarakat yang besar terhadap kondisi penemuan zat radioaktif tersebut. 

“Memang tidak semua orang paham, awamnya berfikir ini membahayakan, berdampak luar biasa. Tapi sederhananya, kalau temuan itu besar maka akan berdampak pada lingkungan, kita bisa lihat tumbuhan di sekitar masih subur, binatang-binatang ternak juga aman berada di situ. Buat kita yang biasa bekerja di Batan dengan pekerjaan radiasi, kita tahu dampaknya maka kita tidak ada kekhawatiran itu,” ungkap mantan Dosen UGM yang juga bekas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian ESDM ini.

Senada dengan Agung, Mukhlis Ahadi warga setempat yang juga peneliti Batan menjelaskan, bahwa serpihan limbah radioaktif yang terdeteksi berada di lahan kosong Perumahan Batan Indah Kecamatan Setu Tangerang Selatan, tidak berdampak bagi lingkungan.

“Di alam itu setengah mikro shivert itu ada, kalau kita 25 mili curi atau mili rontgen tapi dari alam sudah segitu,” tegasnya.

Dengan temuan radiasi yang ada di lahan kosong Perum Batan Indah, sedikit lebih tinggi dari ambang batas normal maka dipastikan temuan radioaktif Cesium 137 itu adalah limbah bekas pakai.

“Dan yang ditemukan itu agak lebih sedikit dari yang ada di alam, kodenya itu hanya satu atau dua persen lebih tinggi dari yang ada di alam. Batas normal alam itu 0,25 dan terpantau Bapeten itu 0,3 jadi ada 0,05 lebih yang terpantau di sana,” ucap dia.

Dia yang juga penghuni Perumahan Batan Indah mengaku telah tinggal di kawasan tersebut, sejak tahun 1990. Sebagai peneliti Batan mengaku tak takut dengan adanya paparan itu. Dia memastikan masyarakat sekitar akan tetap aman asal tidak berada di titik hot spot.

“Kita yang mengerti, masyarakat disini tahu itu rendah sekali”, tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Selama Konstruksi, Proyek Gas JTB Gresik Serap 6000 Tenaga Kerja Baru

JAKARTA-Langkah pemerintah mendorong pembangunan proyek gas Jambaran Tiung Biru (JTB)

Indonesia Perlu Memperkuat Industrialisasi

KALTIM-Indonesia perlu memperkuat industrialisasi untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan