Tulisan ini menyisakan plot penting, pada kesimpulannya bahwa konflik kepentingan di tubuh staf milenial berpotensi membunuh citra presiden Jokowi dan jargon “Revolusi Mental” yang digaungkan kepublik hingga saat ini. Begitu juga dengan krisis kepercayaan terhadap generasi muda dalam konteks kapabilitasnya dalam mengemban amanah, pembenahan peran dan tugas Staf Khusus haruslah benar-benar memperhatikan kapasitas dan integritas untuk melayani publik.
Demikian dengan staf milenial lain yang tersisa, stafsus yang memiliki perusahaan rintisan seperti Putri Tanjung Chief Business Officer Kreavi dan Angkie Yuditia (Thisable Enterprise), serta Billy juga pendiri PT Papua Muda Inspiratif, harus mundur dari perusahaan mereka untuk menjaga netralitas dan harus komitmen fokus dalam membantu presiden. Pun disaat pada masa pandemi Covid-19 ini seharusnya stafsus milenial mampu memberikan rekomendasi pemikiran kepada presiden dalam bentuk kebijakan percepatan penanganan Cobid-19.
Sebab disinilah stafsus milenial di uji mengambil peran penting dalam memberikan masukan kepada presiden.
Penulis Direktur Eksekutif Centre for Public Policy and Local Governance Studies (PuBLiGo Institute) di Jakarta